DARA,PLEASE BE MY MOM (PART 8)
8.
PENCARIAN FAKTA
Miko berada di klub langganannya,
tapi kali ini ia tak mencari wanita seperti biasa. Kata-kata Dara masih
terngiang di telinganya. Dan itu membuatnya berfikir apakah ia memang sejahat
itu pada anaknya sendiri. Tapi Miko juga kesal pada Dara yang dengan mudah
menghakiminya. Ketika memikirkan Dara, Miko teringat dengan cerita Arman yang
menyebut Dara perempuan aneh. Miko menjadi takut jika Dara akan berbuat hal
yang tidak-tidak pada Marsya karena Dara membenci Miko.
Miko menelpon Arman untuk memastikan
kejahatan apa yang dilakukan Dara di rumah mantan suaminya. Arman yang saat itu
masih berada di kantor polisi pun melihat kembali kasus Dara, dan ia menemukan
bahwa Dara tidak membuat kekacauan di rumah mantan suaminya. Ia hanya dituduh
masuk rumah orang lain tanpa ijin dan mengambil celengan yang tertinggal di
rumah mantan suaminya. Arman menambahkan bahwa saat itu Miko adalah penjamin
Dara untuk kasus tersebut.
Miko mengingat bahwa saat itu Dara membayar hutangnya pada Miko tepat ketika Ia bebas dari kantor polisi. Miko memang menjadi penjamin Dara, tapi ia sama sekali tidak tahu karena tidak tertarik dengan kasus Dara karena niatnya membebaskan Dara hanya untuk menjadikan Dara sebagai pengasuh Marsya. Ia menebak mungkin Dara tidak berniat mencuri, tapi ia hanya ingin mengambil celengannya untuk membayar hutang pada Miko. Miko melihat jam dan sudah pukul 10 malam. Miko fikir ini masih sore, ia segera pergi dari klub tersebut ke apartemen untuk melihat keadaan Marsya.
Sesampainya diapartemen, ia melihat
suasana sudah sepi. Miko pergi ke kamar melihat Marsya. Ia melihat Marsya dan
Dara sudah terlelap. Miko memperhatikan Marsya dari jarak dekat, hingga ia
melihat antara dirinya dan Marsya mempunyai mata dan hidung yang sama. Setelah
puas melihat Marsya, Miko keluar dari kamar dan menutup pintu.
Saat Miko menutup pintu, Dara
mendengar suara pintu tersebut. Tapi ia tidak melihat Miko karena kamar yang
gelap. Dara berfikir apakah ada maling di apartemennya. Ia bingung karena
disini ia hanya berdua bersama Marsya. Dara mendari-cari benda di kamarnya, dan
ia mengambil lampu meja. Dara memegang lampu meja lalu mengendap-ngendap keluar
kamar. Ia melihat sesosok bayangan di apartemennya. Dara yakin bahwa itu
maling, Dara pun segera mendekati bayangan tersebut dan memukulnya dengan lampu
meja hingga lampu itu pecah.
Aaaahhhhh . . . Miko berteriak. Dara
mengenal suara Miko yang tidak asing baginya. Ia kaget dan segera menyalakan
lampu. Dan benar saja, itu ternyata Miko.
Miko :
Apa kamu gila ? memukulku dengan lampu sampai pecah ? ingin membunuhku ? hah ?
Dara :
Ka kamu ! Bagaimana bisa ada disini ! kamu apa tidak apa-apa ?
Dara memegang pundak Miko yang
terkena pukulannya.
Miko :
Lepas, jangan sentuh badanku !
Dara :Maaf,
aku kira ada pencuri, karena itu aku memukulnya. Tapi kamu juga sedang apa
berada disini dan mengendap-ngendap seperti pencuri ?!
Miko :
Heh wanita bodoh, ini apartemen, bukan rumah biasa. Mana mungkin ada pencuri.
Apa dalam kepalamu tidak ada otak ?
Dara :
Mana aku tahu kalau di sini tidak ada pencuri. Lagipula orang yang tegang tidak
akan berfikir sampai sana. Sudah jangan mengalihkan pembicaraan ! apa yang
kamua lakukan disini malam-malam !
Miko :
Bukan urusanmu !
Dara :
Apa mungkin kamu khawatir dengan Marsya ?
Miko :
Bu bukan begitu. Aku . . . maksudku ini kartu kreditku, pakailah untuk
keperluan Marsya. Aku tidak ingin kejadian tadi terulang kembali, karena itu
aku kesini. Dengan begitu, aku juga tidak perlu repot mengirimi uang setiap
minggu. Kau mengerti ?
Dara :
Benarkah ? Aku kira kamu menghawatirkan Marsya !
Miko :
Dengar ! aku terlalu sibuk untuk memikirkan hal kecil seperti itu. sudah aku
pergi sekarang !
Dara :
Kamu mau kemana ? apa tidak di lihat dulu pundakmu, mungkin saja terluka ?
Miko tidak menjawab perkataan Dara,
ia tetap pergi dari apartemen. Dara hanya mendengus kesal pada Miko. Fikiran
Dara yang menebak Miko menghawatirkan Marsya ternyata salah. Ia menyesal sudah
mengatakan hal tadi. Dara melihat kartu kredit yang di simpan Miko di meja,
lalu pergi kekamar tanpa menyentuh kartu kredit itu.
Saat Miko keluar dari apartemen, ia
memegang dadanya. Sejujurnya ia tegang saat Dara tahu ia datang ke apartemen,
Miko tidak ingin Dara tahu bahwa tujuan Miko ke apartemen bukanlah untuk
memberikan kartu kredit, melainkan untuk melihat keadaan mereka berdua. Ia
pulang dengan perasaan yang masih tegang dan pundak yang sakit.
Pagi-pagi Miko bangun dengan pundak yang masih sakit karena
semalam terkena pukulan Dara. ia kembali kesal pada Dara, perempuan kecil
seperti dia bagaimana bisa memukul dengan sangat keras. Tak lama Ismi datang ke
rumahnya.
Miko :
Mi, gimana udah ada kabar tentang Marsya ?
Ismi :
Belum, susah nyari jejaknya karena disini selalu sepi, ditambah lagi CCTV cukup
jauh dari sini. Lagian gue udah nyuruh lo buat pasang CCTV di rumah, kenapa ga
pernah mau sih ?
Miko memang tidak pernah mau memasang
CCTV di rumahnya, ia tidak ingin Ismi tahu tentang perempuan yang selalu ia
bawa ke rumah hampir setiap malam.
Miko :
Yaudah lah ga usah ngebahas itu, besok gue pasang CCTV nya.
Ismi :
Telat lo, udah kejadian kaya gini aja, baru sadar ! lagian lo tuh bisanya cuma
nyuruh-nyuruh doang. Coba lo yang cari tahu sendiri. Siapa kira-kira ibu dari
anak itu ?
Miko :
Maksud lo ?
Ismi :
Euh dasar telmi ! Gini, Marsya kan sekarang 6 tahun, berarti ibunya hamil 7
tahun yang lalu. Lo waktu 7 tahun yang lalu pacaran sama siapa ?
Miko :
7 tahun yang lalu, berarti gue baru lulus SMA. Oiya gue inget, waktu itu gue
deket sama Santi, Dera, Irna, Maya dan Sesil. Mungkin di antara mereka ibunya.
Ismi :
Lo gila ya ?
Miko :
Apa ?
Ismi :
Maksud gue,ga perlu di sebut semua, cukup cewe yang pernah hubungan badan sama
lo aja !
Miko :
Itu dia, gue lupa sama siapa aja gue pernah hubungan.
Ismi :
Dasar pria brengsek. Mulai sekarang gue ga mau ikut campur lagi urusan lo sama
Marsya. Itu urusan pribadi lo. Dan lo cari tau sendiri siapa ibunya. Ngerti !
Ismi pergi meninggalkan Miko. Sarapannya
sama sekali belum dimakan karena terlanjur kesal dengan Miko yang senang mempermainkan
wanita.
Dara sarapan bersama Marsya. Hari ini
mereka akan melanjutkan belanja yang kemarin sempat tertunda. Dara juga
menawarkan apa Marsya ingin membeli baju baru ? karena ayahnya semalam datang
dan menyuruh Marsya untuk membeli baju. Mendengar hal itu, Marsya sangat senang,
Dara juga berkata bahwa ayahnya tidak membenci Marsya, ia hanya sibuk karena
terlalu banyak pekerjaan. Karena itu, Marsya harus bersabar pada ayahnya.
Kali ini Dara mengajak Marsya ke
pasar tradisional dimana ibunya berjualan. Lagipula sudah hampir seminggu
Dara
tidak menemui ibu dan tidak mengetahui kabarnya. Di pasar, ibu sedang berjualan seperti biasanya.
Melihat kedatangan Dara dan Marsya, ibu sangat senang apalagi tahu jika anak
yang di asuh Dara selucu dan secantik Marsya.
Setelah mengobrol sebentar, Dara
minta ijin untuk berbelanja dengan Marsya di pasar pada ibu. Mereka melihat
kedai yang menjual banyak sayuran segar, dan itu membuat Marsya senang karena
ia bisa melihat macam-macam sayuran sebanyak itu, selama ini Marsya hanya
melihat banyak sayuran. Mereka juga melihat ikan segar yang masih hidup. Dara
menyuruh Marsya untuk memilih sendiri ikan yang ingin ia makan.
Hari ini Marsya sangat
bersenang-senang belanja di pasar, setelah selesai dengan belanjaan mereka,
Dara dan Marsya kembali ke kedai ibu. Ibu sudah menyiapkan beberapa kue untuk
Marsya, ibu berkata meskipun itu hanya kue kampung, tapi kue itu cukup sehat
dan tanpa bahan pengawet. Tentu saja hal itu membuat Marsya bertambah senang.
Mereka pulang dari pasar dengan
bercerita dan tertawa di sepanjang jalan dalam bus. Hingga tidak terasa mereka
sudah sampai di depan apartemen. Marsya berterimakasih pada Dara karena sudah
mengenalkannya pada ibu Dara. Marsya berkata saat melihat ibu Dara, ia seperti
melihat neneknya. Dara tersenyum melihat Marsya yang bahagia. Baru kali ini ia
melihat Marsya tertawa lepas seperti ini. Akhirnya gadis kecil yang selalu
nakal dan membuatnya kesal bisa tertawa senang bersama dirinya.
Dara turun dari bis tepat di depan
apartemen. Saat ia dan Marsya memasuki lobi apartemen, Dara melihat Rifky
disana. Dara memanggil Rifky dan menghampirinya. Mereka pun duduk di lobi
apartemen dan berbincang.
Rifky :
Dara ??? apa yang kamu lakukan disini ?
Dara :
Aku sudah seminggu tinggal disini, kamu sendiri ?
Rifky :
Aku memang tinggal disini.
Dara :
Aahhh begitu . . . . kebetulan sekali ya ..
Rifky :
Ngomong-ngomong, apa kabar kamu ? apa baik-baik saja ?
Dara :
Iya, keadaannya cukup baik. Rencananya hari minggu ini akan pergi ke rumah
sakit untuk check up.
Rifky :
Baguslah kalau begitu .
Rifky melihat belanjaan yang dibawa
Dara.
Rifky :
Ini belanjaanmu ? banyak sekali ?
Dara :
Iya, tadi dari pasar sama Marsya, oiya kenalin ini Marsya. Saya disini bekerja
mengasuhnya .
Rifky :
Benarkah ? hai cantik, apa kabar ? kenalkan saya Rifky, teman Dara.
Marsya : Baik om. Om sendiri ?
Rifky :
Om juga baik. Oiya, apa Marsya tahu kalau Dara baru pulang dari rumah sakit ?
Marsya : Apa itu benar Dara ?
Dara tersenyum mendengar pertanyaan
Marsya.
Rifky :
Iya cantik. Karena itu Dara tidak boleh terlalu cape. Kalau begitu, biarkan om
yang bawa barang belanjaan Dara ya,
Rifky membawa barang belanjaan Dara
sampai ke apartemen Dara.
Miko memikirkan ibunya Marsya. Dan
terpaksa ia mendatangi satu persatu mantan pacarnya di SMA. Beragam reaksipun
ia dapatkan.
Santi yang sekarang bekerja sebagai
karyawan swasta menertawakan Miko, ia berkata jika ia hamil anak Miko, maka ia
akan melakukan jumpa pers agar ia bisa terkenal seperti Miko. Miko yakin Santi
bukan ibu Marsya. Ia pun mendatangi Dera.
Dera sudah menikah dengan seorang
polisi, dan usia pernikahannya sudah hampir 7 tahun, karena saat Dera lulus
SMA. miko kembali yakin Dera bukan ibu Marsya, karena jika pernikahannya 7
tahun yang lalu, Dera pasti melakukan pemeriksaan sebelum menikah dengan
suaminya. Dan jika ia hamil pasti akan bermasalah juga.
Irna bekerja di hotel dan belum
menikah sampai sekarang. Saat tahu Miko mendatanginya, Irna terlihat sangat
bahagia. Dengan semangat ia menanyakan apakah Miko sudah mempunyai kekasih atau
belum. Karena Irna masih sangat berharap MIko bisa berbalikan lagi dengannya.
Miko kembali kecewa karena pasti bukan Irna yang menjadi ibu Marsya.
Maya, sejak 3 tahun yang lalu ia
pergi ke Inggris untuk pendidikan S2nya, ia juga bertanya pada keluarganya dan
mereka berkata Maya sudah bekerja sekarang dan kecil kemungkinan ia akan
kembali ke Indonesia. Dan Maya, sepertinya bukan lah ibu dari Marsya karena
jika ia ibu Marsya, Ia tidak mungkin meninggalkan Marsya pada seorang nenek.
Dan terakhir Sesil, yang juga harapan
terakhir Miko. Dan saat Miko berhasil menemui Sesil, ternyata Sesil sudah
menjadi istri simpanan pejabat. Sebelum Miko banyak bertanya, Miko malah balik
mengancamnya untuk tidak menghubungi Sesil, karena suaminya sangat pencemburu
dan pemarah. Miko merasa curiga, apa mungkin Sesil adalah ibu Marsya, karena ia
sekarang menjadi istri pejabat, ia meninggalkan Marsya pada dirinya. Selesai
pertemuannya dengan Sesil, Miko mengambil gelas minuman Sesil. Ia akan mekalukan tes DNA antara Sesil dan
Marsya.
Part 9
Part 9
Comments
Post a Comment