DARA,PLEASE BE MY MOM (PART 5)
5.AKU ANAKMU
Sudah 3 hari sejak kepulangan Dara
dari rumah sakit, Dara belum bisa membantu ibu di pasar. Ia tidak boleh terlalu banyak bergerak hingga
jahitan di perutnya sembuh. Karena itu selama seminggu ia tidak di ijinkan
kepasar dan hanya membantu ibu membuat kue. Setelah selesai membereskan rumah,
Dara menonton tv, tiba-tiba ia mendapat pesan di ponselnya. Ia kaget karena
pesannya dari Miko.
“ Wanita bodoh, kapan kau akan
membayar semua kerugian yang kau buat ? Jangan coba-coba kabur atau aku akan
membuat polisi menjemputmu !”
Dara memegang kepalanya, ia
benar-benar tidak ingat kejadian dengan Miko karena ia terlalu sibuk dengan operasinya.
Bagaimana ini, ia sekarang juga tidak punya uang, ia juga tidak mau jika harus
berurusan dengan polisi. Dara memutar otak, kemudian ia ingat, ia selama ini
bekerja di pasar pada ibunya, jadi mungkin ia bisa meminta gaji pada ibunya.
Sore hari saat ibu datang, Dara
dengan manis memeluk ibunya ia bermanja-manja seperti anak kecil. Hal itu
membuat ibu marah. Ibu bertanya apa mau Dara, karena ia tahu jika Dara seperti
ini itu berarti Dara akan meminta sesuatu.
Dara :
Bu, bukankah ibu yang nyuruh Dara untuk kerja di pasar bantu ibu.
Ibu :
Ya. lalu ?
Dara :
Begini bu, jika seseorang bekerja. Maksudku, seorang karyawan. Eh bukan, jadi
aku, begini. . . sebenarnya aku ingin . .
Ibu :
Kamu ini bicara apa ? sudah jangan ganggu ibu, ibu cape seharian dipasar.
Dara :
Bu. . . Aku . . Aku . . .
Aku minta gaji !
Ibu :
Apa kamu bilang ?
Dara :
Aku sudah bekerja hampir satu bulan, aku juga ingin membeli sesuatu. Lagipula,
ibu kan yang nyuruh Dara untuk bantu ibu. Jadi seharusnya Dara dapat gaji dong.
Ibu pergi ke kamar mandi tak
menghiraukan Dara yang masih bicara.
Dara :
Bu, Ibu . . . bagaimana mungkin ada ibu
sejahat dirimu !
Dara kesal dengan ibu yang tidak
menghiraukannya. Ia menonton tv dengan muka ditekuk. Ibu keluar dari kamar, ia
menyimpan uang dalam amplop di meja. Dara menebak bahwa isi amplop itu adalah
uang. Ia kegirangan, lalu mencium ibunya. Tapi ketika amplop itu dibuka.
Dara :
Bu, ini apa ? kenapa cuma 500ribu ? ini sangat dibawah standar !
Ibu :
Kamu fikir kamu kerja dimana ? kamu cuma kerja dipasar. Jangan harap bisa dapat
gaji besar. Lagipula itu memang yang seharusnya kamu dapatkan. Dalam sebulan
kamu bahkan tidak masuk kerja lebih dari satu minggu.
Dara :
Tapi bu, aku tidak masuk kerja karena berada dirumah sakit. Lagipula aku ini
anak ibu, bagaimana mungkin ibu memperhitungkan hal semacam itu.
Ibu :
benarkah ? bukahkah tadi kamu bilang karyawan. Sudah jangan komplain lagi,
terima saja. Jika ingin uang lebih banyak, maka bekerja lebih giat dan buat
pemasukan lebih banyak. Maka ibu akan beri gaji yang lebih besar pula. Sudah
ibu cape mau tidur.
Dara kembali menekuk wajahnya. Ia
sudah berharap dapat uang sekitar satu juta, bahkan lebih. Tapi hanya 500 ribu.
Yasudahlah, ia juga tidak bisa berbuat banyak lagi.
Hari ini Dara belum juga pergi
kepasar, karena itu selesai membereskan pekerjaan rumah. Ia pergi ke Bank untuk
transfer uang yang ia dapatkan kemarin ke no rekening Miko. setelah itu ia sms
Miko untuk memberitahu kan uang yang ia transfer. Seperti yang Dara duga, Miko
kembali marah karena uang yang ditransfernya sangat kecil.
“ Uang apa itu ? biaya yang harus kau
ganti 10 juta, bagaimana bisa jadi 500 ribu. Uang itu bahkan tidak cukup hanya
untuk membeli satu baju. Jangan pernah mempermainkan aku. Kau tidak tahu siapa
aku ? bersiaplah jika dalam 3 hari kau tidak melunasinya. Maka tamatlah kau.”
Dara membaca sms Miko dengan lesu, ia
bingung apa yang harus ia lakukan. Ia tidak punya sesuatu untuk dijadikan uang.
Dara duduk di halte bus memikirkan nasibnya yang kembali buruk. Tapi tiba-tiba
ia tersenyum, ya . . . ia ingat sesuatu.
Ia punya uang disuatu tempat.
Sementara itu, Miko sedang membaca
skenario film terbarunya. Setelah melewati percekcokan yang alot dengan Ismi,
Miko mengalah dan akan bermain dalam film barunya sebagai pria gay. Keputusan
itu membuat moodnya buruk dan lebih banyak marah. Ditambah lagi Dara yang
mempermainkannya dengan mengganti rugi kerusakan mobilnya hanya 500 ribu.
Tiba-tiba melemparkan naskah skenarionya karena merasa kesabarannya sudah
habis. Ia pergi mengambil jaket lalu pergi dengan mobil sportnya.
Ternyata ia mendatangi sebuah klub
malam. Sudah menjadi kebiasaannya menghabiskan malam di klub bersama wanita.
Malam ini pun sama, ia minum hingga mabuk dan setelah mendapatkan seorang
wanita, ia mengajak wanita itu kerumahnya. Miko tidak pernah datang kehotel
bersama wanita, ia lebih baik melewati one stand night dirumahnya karena ia
tidak bisa tidur ditempat selain kamarnya.
Tapi malam itu, saat Miko turun dari
mobil dan akan masuk kerumah, seorang anak perempuan berusia 6 tahun berdiri di
depan pintu rumahnya. Wanita yang bersamanya menanyakan anak itu, Miko
menggeleng karena ia juga tidak tahu siapa anak itu. anak perempuan yang
terlihat sudah lelah menunggu dan kedinginan itu tertidur dilantai teras Miko.
Miko membangunkannya. Saat anak itu membuka mata, ia melihat Miko dan
memanggilnya “ayah”.
Wanita yang bersama Miko mengira Miko
membohonginya dengan berpura-pura tidak mengenali anaknya sendiri. Ia menampar
Miko lalu pergi meninggalkan Miko. Sementara Miko yang memang setengah mabuk
tidak mengerti. Ia masuk ke rumah tanpa menghiraukan anak itu.
Pagi hari Miko bangun karena Ismi
datang kerumahnya. Sudah 3 tahun Miko tinggal sendiri dirumahnya, sejak
pertengkaran besar antara ia dan ayahnya, ia memutuskan untuk meninggalkan
rumah dan membeli sebuah rumah baru. Ismi mempunyai kunci cadangan rumah Miko,
karena itu ia bisa masuk dengan bebas ke rumah Miko. Ia memarahi Miko yang
tidak menjawab telpon dari kemarin. Miko tidak menghiraukan kemarahan Ismi, ia
sudah terbiasa dimarahi Ismi setiap waktu, karena itu ia lebih banyak diam tak
menjawab. Ismi juga menanyakan seorang anak perempuan yang ada di teras Miko
pagi ini. Miko terperanjat, ia langsung
bangun dan keluar kamar. Ia kaget karena melihat anak perempuan duduk di ruang
keluarga.
Miko :
Siapa kau ?
Marsya : Nama saya Marsya, ayah !
Miko :
Apa ? Ayah , siapa kau berani memanggilku ayah ?! Ismi . . . !
Ismi :
Apa si lo berisik banget !
Miko :
Ini anak siapa ? pagi-pagi udah ada disini !
Ismi :
Gue yang mestinya nanya, ini anak siapa ? tadi gue kerumah lo, dia lagi tidur
di teras ! trus gue tanya, katanya mau ketemu sama lo.
Miko diam, ia perlahan mengingat
kejadian semalam saat ia meninggalkan Marsya sendiri diluar.
Miko :
Jadi, kamu dari semalam tidur diluar ?!
Marsya : Iya, ayah !
Miko :
Stop, jangan panggil ayah. Aku bukan ayahmu !
Marsya : Tapi kata nenek, om adalah ayah saya !
Miko :
Apa ? Nenek, siapa ? saya tidak kenal dengan nenekmu. Sekarang cepat pulang,
orangtuamu pasti mengkhawatirkanmu.
Marsya terlihat sedih mendengar
usiran dari Miko, ia menundukan kepala. Ismi tidak tega melihatnya, ia yang
masih keheranan mendengar pernyataan Marsya, mendekati Marsya dan bertanya
dengan baik-baik.
Ismi :
Sayang, coba jelaskan sama tante, ko bisa om ini jadi ayah kamu ?
Marsya : Nenek yang bilang begitu tante, kemarin dia membawa Marsya
kesini dan berpesan bahwa om yang ada dirumah ini adalah ayah Marsya, karena
itu nenek mengatakan Marsya harus tinggal disini. Marsya tidak mau tinggal
disini, tapi nenek marah dan pergi meninggalkan Marsya disini.
Ismi mendekati Miko dan kembali
memarahinya.
Ismi :
Udah gue bilangin buat cari pembantu yang tinggal disini ! lu ngeyel banget
sih, nyari pembantu cuma buat beresin rumah, trus ninggalin rumah lo dalam
keadaan kosong. Kalo udah gini kejadiannya, kita mau gimana, jadi repot
ngurusin ni anak !
Miko :
Lo ko marahin gue, gue udah bilang ga suka ada orang asing dirumah, lagian
selama ini belum ada kejadian aneh kaya gini. Jadi ya mana gue tahu !
Ismi :
Udah lah percuma ngomong sama lo, ga ada gunanya !
Ismi kembali mendekati Marsya
Ismi :
Sayang, sepertinya nenekmu salah, om ini belum menikah, jadi mana mungkin punya
anak.
Marsya membuka tasnya lalu memberikan
sebuah surat dari neneknya.
“Anak
ini bernama Marsya Iskandar. Seperti nama ayahnya Miko Iskandar. Anak ini
adalah hasil dari perbuatan bejadmu pada anakku. Dan sekarang kau harus
membesarkannya, sebagaimana anakku yang bahkan rela mengorbankan nyawa untuk
anak ini. Rawat dia baik-baik, karena dia adalah darah dagingmu sendiri !”
Ismi dan Miko bingung setelah membaca
surat dari nenek Marsya, kini mereka tahu bahwa Marsya tidak salah alamat, tapi
mereka juga tidak yakin Marsya adalah anak Miko. Miko menanyakan alamat rumah
neneknya, tapi Marsya tidak tahu jalan menuju rumah neneknya, karena itu juga
ia tidak bisa kembali. Karena menghadapi jalan buntu, Ismi memutuskan agar Miko
melakukan tes DNA dengan Marsya. Dan mau tidak mau Miko menuruti perintah Ismi.
Kembali ke Dara, ia mendapatkan ide
untuk mendapatkan uang untuk membayar hutangnya pada Miko. Ia ingat bahwa ia
mempunyai celengan selama ia bekerja. Tapi Dara bingung bagaimana mendapatkan
celengan itu karena ia simpan di lemari kamar rumah lamanya bersama Anton.
Dara tidak mungkin menelpon Anton,
karena setelah perceraian, ia berkata tidak akan lagi menemui Anton dalam
urusan apapun. Ia akan sangat malu jika harus menelpon Anton untuk menanyakan
celengannya. Ia juga tidak mungkin menemui Rima yang sudah jelas tidak
menyukainya. Dara ingat ia punya kunci cadangan rumahnya. Ia membongkar koper
baju berharap kunci itu belum ia buang. Setelah mencari cukup lama, akhirnya ia
menemukan kunci cadangan rumahnya. Dara bersyukur, ia akhirnya bisa mengambil
celengannya.
Hari ini Selasa, ia menghitung usia
kandungan Rima, mungkin sekitar 6 bulan. Jadi hari ini Rima pasti masih bekerja
dan rumah dalam keadaan kosong. Sesampainya dirumah Anton, Dara melihat
kesekeliling halaman. Belum banyak yang berubah. Halamannya masih berisi bunga
yang ia tanam, pohon mangga yang ia tanam pun masih ada dan sudah mulai
berbunga. Dara mengingat masa saat ia disana, ia sangat menyukai mangga muda,
mangga dirumahnya tidak pernah dibiarkan matang, ia memetiknya untuk dibuat
rujak. Itulah yang selalu ia lakukan jika dimusim mangga. Kali ini ia tersenyum
pilu melihat ribuan kenangan dirumahnya itu. namun Lamunan Dara buyar ketika ia
sadar dengan misinya.
Setelah dirasa aman, ia mulai membuka
pintu. Dan Klik, pintunya terbuka. Dara bersyukur. Ia pun masuk kedalam rumah
langsung memasuki kamarnya dulu dengan Anton. Tapi Dara kaget karena semua
barang dikamarnya sudah diganti dengan yang baru. Ia menghela nafas berat,
sekali lagi Dara mengingat masanya dengan Anton disini, dikamar ini, dirumah
ini.
Dara pergi ke kamar kedua, barangkali
barangnya ada disana. Namun ternyata kamar kedua sudah terisi penuh dengan
barang bayi berwarna dominan biru. Dara kembali menghela nafas berat.
Seharusnya kamar itu adalah kamar anaknya dan Anton. Setelah lama diam, ia
kembali sadar dan mencari lemari miliknya. Ia teringat gudang, dan berharap
lemarinya ada di gudang.
Dan benar, lemari yang dulu ia pakai
ada digudang. Ia bersyukur bisa menemukannya. Dara segera membuka lemarinya.
Saat membuka lemari, ia melihat tumpukan baju Anton. Ia melihat satu persatu,
ternyata itu adalah baju Anton yang ia hadiahkan saat ulang tahun pernikahan
mereka. Kali ini Dara tidak dapat menahan tangisannya. Pemberiannya pada Anton
ternyata berakhir di gudang, sama seperti cintanya yang terbuang.
Dara menemukan celengannya, meskipun
sedih mengingat kenangannya. Ia bersyukur akhirnya bisa mendapatkan apa yang ia
cari. Ia pun keluar dari gudang dan akan keluar rumah. Tapi ketika Dara sampai
di dapur, tiba-tiba seseorang membuka pintu. Dara kaget, ia mencari tempat
persembunyian. Ia terpaksa bersembunyi di bawah meja makan. Dara tidak tahu
siapa yang pulang, Anton atau Rima kah ? Jika itu Anton, ia mungkin hanya akan
malu. Tapi jika itu Rima, ia yakin Rima tidak akan melepaskannya. Dan sial,
ternyata yang pulang adalah Rima. Rima pulang lebih awal karena tidak enak badan.
Rima pergi kedapur. Ia melihat lantai dapur kotor. Karena penasaran, Rima
mencari penyebab dapurnya kotor. Hingga akhirnya Rima melihat sesuatu di bawah
meja makan. Rima mengintip untuk memastikan. Lalu ia berteriak. Ia meliha Dara
berada dirumahnya.
Rima memarahi Dara, dan walaupun Dara
berkali-kali meminta maaf, Rima tidak memaafkannya. Ia membawa Dara masuk ke kamar
lalu mengunci Dara dari luar. Tak berapa lama polisi datang. Ternyata Rima
melaporkan Dara pada polisi sebagai kasus pencurian.
Dara berada di kantor polisi. Ia
membantah sudah mencuri barang Rima, ia hanya mengambil celengan di bekas
rumahnya itu. Tapi Rima tidak memaafkan Dara. Ia pergi meninggalkan Dara
dikantor polisi. Sementara Dara, ia tidak bisa keluar meskipun terbukti tidak
ada barang yang hilang, sialnya Dara tidak mempunyai KTP karena itu Dara tidak
bisa keluar jika tidak ada penjamin untuknya.
Beralih ke Miko. ia sudah mendapatkan
hasil tes DNA nya dengan Marsya, dan ternyata hasilnya 99,99% cocok. Miko tidak
percaya ini. Bagaimana bisa hanya dalam semalam ia sudah mempunyai seorang anak
perempuan ? Anak yang bahkan ia tidak tahu siapa ibunya !
Part 6
Part 6
Comments
Post a Comment