DARA,PLEASE BE MY MOM (PART 20)
Part 19
20. GADIS YANG TERLUPAKAN
Miko segera pergi kerumahnya. Pesan
dari Arin benar, Marsya sekarang berada di rumahnya. Meskipun wajahnya sedikit
murung, tapi ibu dan ayahnya berada di samping Marsya. Mereka sedang menonton
tv bersama,Ia melihat meja penuh dengan makanan. Sepertinya Ibu dan ayah
memperlakukan Marsya dengan baik.
Ibu :
Lihat, ayah pulang. Nenek kan sudah bilang, ayah pasti akan pulang, jadi
sekarang tidak perlu bersedih lagi.
Marysa : Tapi disini tidak ada Dara.
Ibu :
Dara, dia sudah pulang. Dia juga punya keluarga dan pasti sudah lama tidak
berkumpul dengan mereka.
Miko :
Apa maksudmu sendirian?
Marsya : Tentu saja sendirian, karena
Dara hanya tinggal berdua dengan ibunya.
Ayah :
Marsya, karena ayahmu sudah pulang, jadi kamu harus tidur sekarang.
Marysa : Baik, kakek.
Miko mengantar Marsya ke kamarnya.
Kamar Miko sekarang menjadi kamar Marsya, tidak banyak perubahan disana , ibu
hanya menabahkan satu lemari baju disana. Setelah Marsya tidur, Miko kembali ke
ruang tv menemui ayah dan ibunya.
Ayah :
Kau, lanjutkan saja karirmu. Marsya biarkan dia disini. Aku akan mengurusnya.
Miko :
Ayah, apa maksudmu ?
Ayah :
Aku sudah lelah mengurusmu, mulai sekarang kau bisa lakukan apapun yang kau
inginkan. Tapi Marsya, aku yang akan mengurusnya.
Miko :
Marsya anakku, aku yang akan mengurusnya.
Ibu :
Miko, kau ini belum menikah. Apa kata orang lain jika kau punya anak.
Fikirkanlah karirmu, dan juga fikirkan juga keluargamu.
Miko :
Ibu. . . .
Ibu :
Marsya, apa kau bisa membayangkan apa yang akan ia alami disekolahnya jika
situasi seperti ini ? Ini pilihan terbaik.
Miko :
Dara, apa yang terjadi dengannya ?
Ibu :
Oh, perempuan itu, dia sudah ibu berhentikan. Dia sudah tidak ada urusan lagi
dengan kita.
Miko :
Tapi, kenapa semuanya terjadi secara tiba-tiba.
Ibu :
Setelah mendengar pengakuanmu tadi pagi, ibu fikir tidak ada gunanya lagi Dara disini,
Miko :
Tapi Bu, urusanku dengannya belum selesai, kenapa ibu menyuruhnya pergi ?
Ibu :
Urusan apa ? Dia hanya seorang pegawai. Selain pekerjaan, urusan apa lagi dia
denganmu ?
Miko :
Ibu . . .
Ibu :
Pulanglah.
Dara berada dikamarnya, ia sengaja
mematikan ponsel karena tidak ingin ada yang menghubunginya lagi. Dara ingat
penghinaan ibu Miko pada dirinya. Meskipun kenyataan bahwa Dara adalah
perempuan yang gagal, tapi ia bukan seorang penipu. Berdasarkan apa Ibu Miko
menyebutnya seorang penipu ? Apa mungkin karena Dara berkata ia seorang penyewa
di apartemen Miko ? Tapi bagaimana ia bisa semarah itu ?
Miko pulang kerumahnya, ia
berkali-kali menelpon Dara tapi masih tidak aktif. Kemana sebenarnya perempuan
itu ? Miko ingat ia mempunyai KTP Dara, Miko mengambil KTP Dara dan melihat
alamat rumahnya.
Pagi harinya, Miko mencari rumah
Dara. Ia akhirnya menemukan rumah yang ia cari. Rumahnya kecil dan terletak di
gang sempit. Dara, setelah banyak hal buruk yang ia alami, ia masih harus
tinggal dirumah seperti ini. Mengapa ia begitu menyedihkan ?
Miko mengetuk pintu beberapa kali,
tapi tidak ada jawaban. Ia menunggu hampir 15 menit, masih belum ada yang
keluar. Ini masih pagi, tapi rumahnya sudah kosong. Apa benar ini rumah Dara,
lalu jika benar, kemana sebenarnya Dara dan ibunya pergi sepagi ini ?
Sementara perempuan yang difikirkan
Miko. Dia kembali membantu ibunya di pasar. Kemarin Dara memang sudah mengalami
hari yang buruk, tapi ia kini sudah bukan Dara yang seperti dulu. Dara tidak
ingin waktunya banyak terbuang jika ia terus larut dalam kesedihannya. Ditambah lagi ia
tidak ingin membuat ibunya sedih setelah apa yang menimpanya.
Miko pergi kerumahnya untuk melihat
keadaan Marsya. ketika ia sampai dirumah, Marsya tidak ada dirumah. Hanya ada
ibu yang sedang duduk sendiri.
Miko :
Marsya kemana ?
Ibu :
Dia pergi berolah raga dengan kakeknya. Sudah sarapan ?
Miko :
Belum.
Ibu :
Sarapan dulu sebelum kerja.
Miko pergi ke dapur melihat sarapan
yang telah ibu siapkan untuknya. Tak lama Arin keluar dari kamarnya,
Arin :
Ibu, Aku mendapatkan alamat neneknya Marsya. Haruskah kita pergi kesana ?
Ibu :
Darimana kau dapatkan itu ?
Arin :
Aku bertemu Dara kemarin.
Ibu :
Dara, dasar rubah licik. Bahkan setelah tertangkap basah oleh ibu, dia masih
berpura-pura.
Arin :
Maksudmu ?
Ibu :
Dia sudah tahu rumah nenek Marsya, tapi masih menyembunyikan hal itu dari Miko
dan Ismi. Bukankah dia sangat licik.
Arin :
Ibu, darimana ibu tahu Dara tahu rumah Nenek Marsya ? Apa mungkin ibu juga tahu
rumah nenek Marsya ?
Miko :
Ibu ? Jangan katakan kau tahu asal usul Marsya.
Ibu :
Miko . . . Ibu
Miko :
Ibu, aku akan kecewa jika ibu terus seperti ini.
Ibu :
Dulu, seorang gadis datang. Ia mengaku hamil anakmu. Ibu tidak mempercayai
begitu saja tentang pengakuannya. Ibu mengatakan untuk jangan pernah datang
mengganggumu.
Miko :
Lalu ibu memberinya uang dan mengusirnya. Tanpa sedikitpun tidak memberitahuku
?
Ibu :
Umurmu masih 19 tahun, kau fikir apa keadaannya akan berubah jika ibu
mengatakannya ?
Miko :
Ibu . . .
Ibu :
Yang seharusnya dipersalahkan adalah dirimu. Kenapa menyia-nyiakan masa mudamu
untuk hal bodoh seperti itu.
Miko pergi ke alamat yang diberikan
Arin. Ketika sampai di alamat yang ia cari. Miko ingat kejadian 8 tahun yang
lalu. Indri, teman sekelasnya. Ia adalah gadis yang tidak terlalu cantik, tapi
ia sangat pintar. Saat itu ia datang kerumah ini untuk menanyakan tugas. Setelah
selesai, Miko mengajak Indri untuk mentraktirnya makan sebagai ucapan
terimakasih atas bantuan Indri. Ketika selesai makan, hujan turun sangat lebat.
Miko dan Indri basah terkena air hujan ketika mereka akan masuk ke mobil.
Sesampainya di mobil, Miko melihat Indri dengan baju yang basah, itu membuat
rasa tertariknya muncul pada Indri. Ia memperhatikan Indri dari ujung rambut
hingga ujung kaki. Indri memang tidak cantik, tapi ia juga tidak buruk. Dan
saat itu, terjadi sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Miko menyesal tidak mengingat Indri
saat ia mencari ibu Marsya. Yah, Indri memang tidak pernah berpacaran
dengannya, bahkan setelah sesuatu terjadi, Indri bersikap biasa pada dirinya
seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa pada mereka. Miko tidak pernah
berfikir Indri akan hamil hanya karena hubungan sehari dengannya
Miko mengetuk pintu rumah Indri. Tak
berapa lama seorang nenek membukanya. Ketika melihat Miko yang datang, ia
langsung menutup pintu kembali. Tapi Miko segera menahan pintu dengan tangannya.
Nenek :
Apa yang kau lakukan disini ?
Miko berlutut dan menundukkan
kepalanya.
Nenek :
Untuk apa kau berlutut ? Berharap ingin dimaafkan.
Miko :
Tidak, saya tidak pantas untuk dimaafkan.
Nenek :
Lalu untuk apa kau datang kesini ?
Miko :
Kau pasti sangat membenciku, dan sangat ingin memakiku.
Nenek :
Lalu, jika aku memakimu, apa semua akan kembali ?
Miko :
Maksud anda ?
Nenek :
Sudahlah, aku tidak ingin melihat wajahmu.
Miko :
Nyonya. . .
Nenek :
Nyonya ? Itu panggilan untuk ibumu. Jangan samakan aku dengan nya.
Nenek menutup pintu dan membiarkan
Miko berlutut didepan pintu rumahnya. Ponsel Miko berdering, itu dari Ismi. Miko
tidak mengangkat panggilan dari Ismi. 3 jam berlalu, Nenek melihat Miko yang
masih belum bergerak dari posisinya. Ia melihat cuaca diluar sangat panas, tapi
Miko masih berada disana. Ia keluar dan membawa segelas air putih.
Nenek :
Jika kau masih ingin berlutut, setidaknya minumlah. Aku tidak ingin rumahku
ramai karena seseorang pingsan.
Miko :
Aku berlutut disini tidak apa-apanya dibandingkan dengan kesalahan yang sudah
aku lakukan.
Nenek :
Benar, kesalahanmu tidak akan membuat anakku kembali hidup.
Miko :
Saya tahu. Apapun yang saya lakukan tidak akan membuat Indri kembali hidup.
Nenek :
Jika kau tahu, lalu untuk apa datang kesini ? Menyuruh aku mengurus Marsya lagi
?
Miko :
Tidak,
Nenek :
Lalu apa ?
Miko :
Aku ingin merawat Marsya, melakukan apa yang sudah seharusnya aku lakukan sejak
dulu.
Nenek :
Kau memang seharusnya melakukan itu. Tidak perlu datang kesini !
Miko :
Aku akan merawat Marsya dan membuatnya tersenyum. Karena itu, aku mohon anda
bisa tetap jadi neneknya. Menjadi nenek yang tetap hangat ketika ia datang
mengunjungimu kesini. Aku juga akan mengajak Marsya untuk mengunjungi ibunya. Aku
kesini untuk meminta restu kepada anda, sebagai nenek Marsya, dan juga ibu
Indri.
Nenek :
Indri, Dia begitu muda, pintar dan berbakat. Tapi dia juga bodoh. Ketika ia
bisa menghindari semua masalah yang akan muncul, ia sama sekali tidak
menghindarinya. Ia menolak beasiswa dari perguruan tinggi, menerima cacian dan
hinaan dari semua orang, termasuk dari ibumu. Ia menghadapi semua itu, hanya
untuk seorang bayi yang belum pernah temui. Bahkan setelah pengorbanan besar yang ia
lalui, ia tetap tidak bisa merawat bayinya.
Miko :
Maafkan saya, saya tahu seribu kali saya meminta maaf, tidak akan merubah
apapun. Saya juga tidak berharap anda bisa segera memaafkan saya. Tapi ijinkan
saya untuk merawat Marsya, membuatnya tersenyum bahagia. Mungkin dengan begitu,
Indri tidak akan menyesali pengorbanan yang selama ini sudah ia lakukan.
Miko pergi ke pemakaman Indri. Indri
Larasati, lahir 12 Mei 1989 – wafat 27 Januari 2008 . Ia meninggal tanggal 27
Januari, sehari setelah Marsya lahir. Miko tidak pernah berfikir Indri akan
sampai sejauh itu hanya untuk memperjuangkan bayinya yang tidak inginkan semua
orang. Apa yang dilakukan Indri sangat berbanding terbalik dengan Miko, hanya
karena tidak ingin karirnya hancur, ia mengorbankan mengorbankan Marsya,
membuat Marsya kecewa, menangis dan bersedih. Menyia-nyiakan semua pengorbanan
Indri. Ayahnya benar, ia memang belum pantas disebut sebagai ayah ?
Ponsel Miko kembali berdering. Itu masih
dari Ismi. Miko mengangkatnya.
Ismi :
Dimana ?
Miko :
Di jalan. Ada apa ?
Ismi :
Gue perlu bicara, ke rumah gue sekarang.
Miko melihat jam tangannya, sudah
pukul 3 sore. Ismi memanggilnya pasti untuk memarahinya karena ia melewatkan
syuting yang seharusnya ia lakukan hari ini. Miko pergi ke rumah Ismi.
Miko :
Sory, gue ada urusan. Apa terjadi kekacauan di lokasi ?
Ismi :
Tidak terlalu parah.
Miko :
Trus ada apa lo manggil gue ?
Ismi :
Aku menghawatirkanmu. . .
Miko :
Aku ? Lo demam Mi ?
Ismi :
Mulai sekarang, bisakah kita bicara lebih formal?
Miko :
Maksudmu ?
Ismi :
Membayangkan kamu harus menghadapi orang tuamu. Harus mengulangi pertengkaran
besar seperti waktu itu. Aku menghawatirkanmu.
Miko :
Hey, jangan terlalu khawatir. Aku baik-baik saja. Setidaknya semua berakhir
tanpa banyak kekacauan.
Ismi :
Tanpa banyak kekacauan ?
Miko :
Marsya sudah dirumah bersama orang tuaku. Mereka akan mengambil tanggung jawab
sebagai orang tua Marsya. Awalnya aku sangat marah, tapi setelah bertemu dengan
nenek Marsya. Orang tuaku benar, Aku merasa belum pantas menjadi seorang ayah.
Ismi :
Nenek Marsya ? Apa mungkin kamu sudah menemukan rumahnya ?
Miko :
Sudah. Dara juga sudah tahu rumah neneknya.
Ismi :
Jadi selama ini Dara sudah tahu ?
Miko :
Belum, dia baru tahu dua hari yang lalu. Dan sekarang ia sudah di pecat oleh
ibuku.
Ismi :
Lalu apa yang terjadi di rumah nenek Marsya ?
Miko :
Ibu Marsya teman sekelasku saat SMA. Dia pintar dan berbakat. Tapi aku
menghancurkan masa depannya. Mengorbankan kehidupan seorang gadis sampai akhir
khayatnya. Membuat ia menangis dan menderita sendirian. Bertahan melawan sakit
dan cacian. . . .Bukankah aku seorang benar-benar seorang pecundang ?
Ismi menghampiri Miko, ia
menyandarkan kepala miko di bahunya. Saat ini Miko pasti sangat terpukul.
Penyesalan dan kesedihan yang ia alami akan sangat berat jika harus Miko
tanggung sendiri. Setelah Miko bisa menyadarkan diri, Ismi membawakan makan
untuk Miko. Miko bersyukur disaat seperti ini Ismi masih ada untuknya. Ia sama
sekali tidak menyalahkan Miko meskipun kenyataannya Miko bersalah. Jam 8 malam,
Miko pamit dari rumah Ismi, ia tidak bisa pulang malam karena Marsya tidak akan
tidur sebelum Miko pulang.
Dan benar saja, ketika Miko sampai di
rumah, Marsya masih menonton tv bersama keluarganya. Kehadiran Marsya membuat
suasana dirumahnya berubah. Semenjak ada Marsya, ayahnya tidak lagi bersikap
dingin padanya, setidaknya ketika di depan Marsya ayahnya bersikap seolah tidak
terjadi apa-apa antara ia dan Miko.
Miko membawa Marsya ke kamar untuk
menidurkannya.
Marsya : Ayah, apa pekerjaan ayah
hari ini berat ?
Miko :
Berat, sangat berat. Tapi untungnya ayah melihatmu dirumah, jadi semua beban
ayah menghilang.
Marsya : Kenapa ?
Miko :
Karena Marsya, malaikat ayah. Yang memberikan energy besar untuk ayah,
Marsya : Benarkah ?
Miko :
Tentu saja. Sayang, ayah minta maaf selama ini selalu membuat Marsya sedih. Dan
juga terimakasih, sudah menjadi malaikat kecil ayah.
Marsya : Iya ayah, tapi ayah tidak
pernah membuat Marsya sedih. Ayah adalah ayah yang paling hebat untuk Marsya.
Miko :
Terimakasih sayang. Oiya . . . apa kamu sering merindukan ibu ?
Marsya : Ibu ? Sering. Setiap malam.
Marsya selalu penasaran dengan ibu, bagaimana wajahnya, tubuhnya,
kulitnya,bicaranya. Tapi berkat Dara, sekarang Marsya bisa melihat ibu. Kata
Dara, ibu ada dilangit sana, Marsya harus mendoakannya agar ia menjadi bintang
yang paling terang. Dengan begitu, Marsya bisa melihatnya setiap malam.
Miko :
Dara ? Ayah belum bertemu lagi dengannya.
Marsya : Kenapa ? Apa ayah rindu Dara
?
Miko :
Rindu ? Tentu saja tidak, untuk apa merindukannya.
Marsya : Tapi aku merindukannya. Aku
ingin bertemu dengannya, ingin makan masakannya. Ayah tahu dimana dia sekarang?
Miko :
Ayah tidak tahu dimana dia sekarang.
Marsya : Bisakah ayah mencarinya ?
Marsya tidur setelah Miko berjanji
akan mencarikan Dara. Walaupun sebenarnya tanpa Marsya suruh, Miko akan tetap
mencari Dara. Tapi tidak sekarang, ia masih belum punya kepercayaan diri untuk
datang pada Dara. Miko ingin memperbaiki hubungan dengan ayahnya lalu menjadi
ayah yang baik bagi Marsya. Dengan begitu, ia mempunyai kepercayaan diri untuk
bertemu dengan Dara.
Dan Dara, ia juga sedang memikirkan
Miko dan Marsya. Dara merindukan Marsya. Baginya, Marsya bukan hanya sekedar
anak yang ia asuh, Dara sudah menganggap Marsya sebagai anaknya. Walau baru 3
hari belum bertemu, tapi bagi Dara sudah seperti berhari-hari. Dara juga
mengingat Miko, ia pergi tanpa sepatah katapun pada Miko. Apa Miko sekarang
mencarinya ? Tapi mungkin tidak, Jika Miko mencarinya, ia pasti mencari Dara
kerumah karena Miko memegang KTPnya. Tapi sampai sekarang Miko tidak juga
datang. Mungkin Dara memang seharusnya tahu diri, tidak mungkin Miko akan
mencarinya.Ia hanya seorang pengasuh, dan Miko tidak akan menganggapnya lebih dari itu.
Miko seorang actor, sementara Dara seorang perempuan gagal. Meskipun Dara tahu
semuanya tidak mungin, tetap saja Dara sekarang ingin bertemu dengan Miko, ia
merindukan Miko.
Tiba-tiba Ibu memanggilnya, ia
menyuruh Dara keluar kamar karena ada Rifky datang. Dara segera keluar dari
kamar dan menemui Rifky.
Dara :
Rifky, ada apa datang kesini malam-malam ?
Rifky :
Seharusnya aku yang bertanya, ada apa denganmu ? Tiba-tiba menghilang dan nomor
telpon tidak aktif.
Dara :
Aku. . Sebenarnya aku sudah berhenti kerja.
Rifky :
Berhenti, kenapa begitu mendadak ? Apa terjadi sesuatu ?
Dara :
Keluarga Miko sudah tahu tentang Marsya, jadi aku berhenti karena Marsya sudah
ada yang merawat.
Rifky :
Benarkah ? Syukur kalo gitu. Setidaknya sekarang kamu tidak perlu berbohong
pada orang lain lagi tentang Marsya.
Dara :
Seharusnya aku bersyukur, karena terbebas dari kekangan orang itu. Orang yang
semena-mena, keras kepala dan tidak pernah peduli pada orang lain. Tapi kenyataannya,
aku merasa kehilangan mereka berdua. Aku ingin memasak lagi untuk Marsya,
bermain, tertawa dan pergi ketempat yang kami suka berdua. Aku juga ingin
bertemu dengan orang itu, lebih baik aku bertemu dan bertengkar dengannya
setiap hari, daripada tidak bertemu seperti sekarang.
Rifky tersenyum mendengar cerita
Dara,
Rifky :
Kamu menyukainya ?
Dara :
Apa, suka ? Tidak mungkin. Mana mungkin aku menyukai pria arogan sepertinya. Itu
tidak mungkin !
Rifky :
Sudahlah, kamu tidak pandai berbohong. Apa harus aku katakan jika di keningmu
bertuliskan Dara menyukai Miko.
Dara memegang kening dan meraba
dengan tangannya.
Dara :
Mana, tidak ada apa-apa. Sudahlah jangan mengada-ngada.
Rifky :
Hahaha, kalau tidak suka kenapa jadi salah tingkah seperti itu.
Dara :
Siapa yang salah tingkah, aku bersikap biasa saja.
Rifky :
Sudahlah, tidak perlu di perpanjang, percuma saja karena kamu akan tetap
menyangkal.
Dara dan Rifky mengobrol cukup lama
didalam rumah. Dara memang selalu merasa nyaman berada di dekat Rifky. Rifky selalu
memasang telinganya untuk mendengarkan cerita Dara. Dara merasa ia benar-benar
beruntung mempunyai teman seperti Rifky. Setidaknya sekarang ia mempunyai
beberapa orang yang benar-benar bisa menjadi temannya.
Pagi hari Miko sarapan bersama
keluarganya, ini juga untuk pertama kalinya ia sarapan bersama ayahnya lagi. Selesai
sarapan, Miko mendatangi ayah di ruang kerjanya.
Ayah :
Ada apa ?
Miko :
Aku ingin bicara dengan ayah,
Ayah :
Bicara, sejauh ini jika kau ingin bicara denganku, pasti itu sebuah masalah
baru !
Miko tidak menghiraukan sindiran ayah
pada dirinya, ia tetap melanjutkan topik pembicaraannya.
Miko :
Ayah, Aku ingin berterimakasih pada ayah.
Ayah :
Terimakasih, apa aku tidak salah dengar ?!
Miko :
Aku tahu, kau sangat menyayangiku. Ribuan kata dan amarah yang kau lontarkan
untukku, itu tidak membuat rasa sayangmu berkurang. Ayah, terimakasih sudah
menerima Marsya sebagai cucumu. Bahkan kau menyayangi dia tanpa melihat
kesalahanku. Aku sangat berterimakasih.
Ayah :
Meskipun aku tidak menyukaimu, tapi Marsya, dia masih darah dagingku.
Miko :
Ya, benar. Ayah membenciku dan Aku tidak akan meminta ayah memaafkanku. Kesalahanku
terlalu banyak. Aku terus menerus membantah perkataanmu, dan sekarang, sudah
mencoreng nama baikmu. Tapi ayah, suatu saat, aku akan mengambil Marsya dari
ayah dan menjadikannya anakku seutuhnya. Setelah aku memantaskan diri menjadi
seorang ayah yang baik. Dan seperti katamu, sebelum aku menjadi seorang ayah
yang baik, aku harus menjadi seorang anak yang baik lebih dulu. Karena itu, aku
mohon pada ayah, untuk menunggu sampai aku pantas untuk mengambil Marsya
darimu.
Ayah :
Kau, dasar anak nakal. Sekarang kau sudah mulai dewasa, setidaknya kau sudah
mulai berfikir untuk menjadi orang yang lebih baik. Baiklah, segera datang
kesini untuk menjemput anakmu.
Miko :
Ayah, terimakasih.
Setelah Miko pergi, ayah tidak bisa
lagi menyembunyikan keharuannya, ia menitikkan air mata. Untuk pertama kalinya
Miko mengatakan terimakasih padanya. Seorang ayah, meskipun terlihat membenci
anaknya, tapi pada kenyataannya ia tidak pernah benar-benar membenci anaknya.
Begitu pula dengan ayah Miko, ia tidak pernah benar-benar membenci Miko.
Miko pamit pada ibu, Arin dan Marsya.
Ia akan kembali ke rumahnya, menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda karena
masalah pribadi. Miko mengingat janjinya pada Marsya,
“ Ayah berjanji ayah akan membawa
Dara untuk Marsya. Besok ayah akan mulai mencarinya. Dan ayah juga tidak akan
pulang sebelum ayah membawa Marsya. Karena itu, Marsya harus jadi anak yang
baik untuk nenek dan kakek. Mereka semua sayang Marsya. Jadi Marsya, tunggulah
ayah pulang.”
PART 21 (END)
PART 21 (END)
Comments
Post a Comment