DARA,PLEASE BE MY MOM (PART 4)
4. MALAIKAT PENOLONG ITU SIAPA ?
Dara akan dioperasi besok, karena itu
ia sekarang dirawat sekaligus menjalani puasa sebelum operasi. 3 hari yang lalu
ketika Dara mendatangi rumah sakit untuk memastikan operasinya, pihak rumah
sakit menginformasikan mengenai Dara yang bisa dioperasi dengan biaya 50%. Dara
juga tidak memberitahu ibunya, ia tidak ingin membuat ibu khawatir tentang
dirinya, lagipula operasi Kista tidak terlalu menakutkan baginya. Ia juga belum
pernah mendengar orang yang meninggal karena operasi Kista. Karena itu ia beralasan
pada ibu untuk mengunjungi temannya selama beberapa hari.
Berapa jam lagi Dara akan masuk
keruang operasi, ia yang sebelumnya merasa santai ternyata kini merasa tegang.
Bagaimanapun ini adalah operasi, perutnya akan dibelah dan dikeluarkan sebuah
penyakit dari tubuhnya. Fikirannya melayang, bagaimana jika ternyata dokter
melakukan kesalahan pada dirinya dan ia tidak dapat kembali bernafas? Dara
melihat kesekeliling ruangannya, tidak ada seorangpun yang menemaninya saat
ini. Ia merasa begitu menyedihkan hingga ia menitikkan air mata.
Tiba-tiba
seseorang masuk keruangannya. Ibunya datang, Dara kaget tidak menyangka ibunya
akan datang, ia heran siapa yang memberitahu ibunya. Namun ketakutan yang ia
rasakan saat ini membuatnya tidak bisa berfikir tentang bagaimana ibunya datang
kesini, saat ibu menghampirinya, ia memeluk dan menangis keras pada ibu.
Ibu :
Dasar anak bodoh, kenapa kau tidak memberitahu ibu tentang penyakitmu ? apa kau tidak tahu bagaimana perasaan ibu
saat tahu tiba-tiba kau akan dioperasi.
Dara :
Ibu . . . . Maafin Dara, Dara cuma ga
mau ibu khawatir sama Dara, hidup ibu sudah berat, Dara ga mau menambah beban
ibu dengan penyakit Dara.
Ibu :
Dengar, tidak ada seorang ibu yang terbebani dengan anaknya. Seorang ibu akan
merasa bahagia disaat mereka menjadi malaikat penolong bagi anaknya. Bukan
seperti ini, kau menyembunyikan hal seperti ini dari ibu. Bagaimana bisa kau bertahan
dalam penderitaan ini sendirian ? Meskipun kau sudah bukan anak kecil lagi,
tapi kau tetap anak ibu yang selamanya ibu sayang.
Dara :
Ibu . . . . Makasih, tapi Dara takut bu . . . .
Ibu :
Sayang, tentu saja kamu akan takut, ini adalah pertama kalinya kamu di operasi.
Lagipula jika kamu merasa takut, seharusnya dari awal kamu beritahu ibu. Tapi sudahlah,
ibu yakin semuanya akan baik-baik saja, ibu akan tetap berada disisimu dan
mendoakan keselamatanmu. Yang harus kau lakukan adalah tetap yakin kau akan
sembuh, dan percaya tuhan menyayangimu.
Dara :
Benarkah ?
Ibu :
Tentu saja, sejak kapan kau tidak mempercayai ibumu ?
Dara :
Tapi bu, ibu tahu darimana Dara disini ?
Ibu :
Itu tidak penting sekarang, kau akan tahu jika operasimu selesai, karena itu
kau harus keluar dari ruang operasi dengan cepat agar bisa tahu semuanya.
Detik-detik Dara masuk keruang
operasi, Dara tidak bisa menyembunyikan ketegangannya, ia banyak mendengar
berita bahwa banyak orang yang gagal operasi dan akhirnya meninggal. Bagaimana
jika ia bernasib seperti itu ? apakah kali ini keberuntungan akan kembali
datang kepadanya ? ataukah hanya memberikan harapan kosong dan mengantarkannya
pada kematian ?
Ibu memegang tangan Dara untuk
menguatkan hati anaknya itu. Ia meminta Dara untuk tetap optimis dan tidak
memikirkan hal yang buruk. Ibu akan selalu ada disamping Dara mendoakan Dara,
dan doa ibu itu adalah yang paling mujarab, jadi Dara tidak perlu khawatir.
Operasi Dara sukses dan itu hanya
berlangsung 3 jam, Dara benar-benar bahagia. Ia menangis di pangkuan ibunya,
tak menyangka ia bisa memeluk ibunya seerat ini. Begitu pula denga ibu, ia
menangis bahagia melihat anaknya kembali. Dara dirawat 3 hari hingga ia bisa
kembali beraktifitas. Meskipun Adi menyarankan untuk jangan terlalu banyak
bergerak karena jahitan diperutnya bisa lepas. Dara berterimakasih pada Adi
karena berkat Adi, ia bisa bertahan sampai sekarang.
Dara mendatangi pihak administrasi
untuk menanyakan sisa pembayaran yang harus ia lunasi, tapi ia kaget karena
ternyata semuanya sudah lunas. Dara penasaran siapa yang melunasi tagihan rumah
sakitnya. Dari awal ia sudah curiga mengapa ia bisa dioperasi dengan hanya
membayar 50% dimuka. Ternyata ada seseorang yang membayar sisa tagihannya. Apa
mungkin Kristin, karena hanya Kristin yang tahu tentang penyakit Dara, tapi
tidak mungkin. Jika Kristin yang membayar, pasti ia akan datang menengok Dara
kerumah sakit. Lalu jika bukan Kristin, siapa? mungkinkah orang itu juga yang
memberitahu ibu tentang operasinya?
Dara menanyakan pada ibu tentang
orang yang memberitahu ibu, ibu menolak memberikah jawaban karena orang yang
memberitahunya berkata bahwa Dara akan tahu sendiri. Dan itu semakin membuat
Dara penasaran. Tiba-tiba seseorang masuk keruang inap Dara, seorang pria yang
Dara kenal, ialah Rifky. Dara ingat dia adalah dokter muda yang pernah magang
di klinik tempatnya dulu bekerja.
Rifky :
Hai Dar, masih ingat saya ? Bagaimana keadaanmu setelah dioperasi kemarin ?
Dara terdiam sejenak, darimana Rifky
tahu tentang operasinya,
Dara :
Rifky, mungkinkah kau . . . ?
Ibu meninggalkan Dara mengobrol bersama
Rifky sementara ia pergi keluar.
Dara :
Tapi bagaimana bisa kamu tahu saya akan dioperasi di rumah sakit ini ?
Sambil tersenyum Rifky mengeluarkan
tanda pengenal di sakunya.
Rifky : Saya dokter disini.
Dara :
Benarkah ? Ya ampun, sungguh suatu kebetulan. Tapi apa semua dokter tahu
tentang informasi pasien yang bahkan tidak ditanganinya ?
Rifky :
Tentu saja tidak, waktu itu saya lihat kamu ada di bagian administrasi, trus
pas mau ngejar ternyata kamu udah pergi duluan. Kepaksa deh jadi stalker yang
kepo tentang keperluan kamu disini.
Dara :
Oohh, tapi sebenernya kamu ga perlu sampai sejauh ini bantuin saya, saya jadi
ga enak. Apalagi kita hanya sebatas kenalan beberapa tahun lalu. Oiya , saya
pasti akan ganti semua uang kamu, jadi kamu jangan khawatir
Rifky :
Ganti, dengan apa ? kemarin saja kamu baru bisa membayar 50%, bagaimana bisa
melunasi sisanya ?
Dara :
Kamu, bagaimana bisa bicara begitu !
Rifky :
Hahaha , maaf Dar. Saya becanda. Tapi semuanya, kamu ga perlu ganti. Anggap
saja ini sebagai balas jasa saya sama kamu selama saya magang.
Dara :
Balas jasa apa ?
Rifky :
Emang kamu ga inget ? selama saya magang, cuma kamu perawat yang berani dan disaat
saya ada kesalahan, kamu adalah orang pertama yang bela saya.
Dara :
Benarkah ?
Rifky :
Apa kamu lupa ? pertama kali kamu belain saya ketika kejadian saya salah kasih
obat. Waktu itu, semua menyalahkan saya, tapi kamu, orang yang tidak terlalu
saya tahu karena kita jarang ngobrol. Saat itu, kamu muncul dan tanpa banyak
bicara membela saya dengan bukti kuat bahwa resep yang saya beri benar, hanya
saja penulisan huruf r yang telihat seperti huruf n. Kamu juga bahkan dengan
tenang bertanggungjawab pada pasien dengan memberikan dia banyak susu untuk
menetralisir obatnya. Hal itu selalu saya ingat sampai sekarang.
Dara :
Benarkah terjadi hal seperti itu ? saya benar-benar lupa. Mungkin karena saya
tua jadi agak pikun.
Rifky :
Yasudah tidak apa kalo kamu lupa, kejadiannya memang sudah berlangsung lama,
jadi wajar kalo kamu lupa. Tapi kata siapa kamu tua, masih cantik gini dibilang
tua.
Dara :
Ga perlu gombal, tapi terimakasih, walaupun kamu bilang ini balas jasa, saya
fikir ini terlalu banyak sebagai pembalasan. Kamu bahkan rela datang kerumah
ibu untuk memberitahu penyakit saya.
Rifky :
Iya sama-sama. Yang terpenting sekarang kamu cepat sehat dan kembali
beraktifitas. Oiya, bagaimana kabar suami kamu ?
Dara diam sejenak mendengar
pertanyaan Rifky. Lalu perlahan ia menjawab.
Dara :
Saya sudah bercerai.
Rifky :
Maaf, saya tidak bermaksud untuk . . . .
Dara :
Ga apa-apa, lagipula semua sudah menjadi masalalu. Saya juga sudah tidak
memikirkan hal itu.
Ponsel Rifky berbunyi, ia menjawab
dan ternyata itu dari rekan dokter yang menyuruhnya untuk meeting. Rifky pamit
pada Dara tapi sebelum pergi ia ingin Dara berjanji untuk bisa bertemu
dengannya lain waktu. Dara mengiyakan lalu Rifky pergi.
Malaikat penolong itu aku tak pernah menyangka akan benar-benar ada.
Dia… seseorang yang bahkan tidak pernah
aku bayangkan, tiba-tiba hadir dan menjadi malaikat penolongku. Aku tidak tahu
jasa apa yang sudah aku berikan kepadanya hingga ia mau berkorban begitu besar
untukku. Tapi satu hal yang aku tahu, Tuhan masih menyayangiku. Setelah
memberikan aku ujian yang begitu berat kini ia memberikan aku anugerah yang
begitu besar.
Comments
Post a Comment