DARA,PLEASE BE MY MOM (PART 19)
Part 18
Reaksi nenek tidak seperti yang
diharapkan. Melihat Marsya datang, ia sama sekali tidak menyambut Marsya.
Sikapnya dingin bahkan sama sekali tidak melihat Marsya. Tapi itu tidak membuat
Marsya diam, ia malah mendekati nenek dan memeluknya.
19. PERGI DARI KEHIDUPAN MIKO
Jam 8 pagi, Dara dan Marsya sudah
siap untuk mengunjungi nenek Marsya. Mereka pergi ke restoran sate, karena gang
yang Marsya lihat berada di rute restoran ke apartemen. Marsya memperhatikan
satu persatu jalan yang mereka lewati. dan akhirnya ia menunjukan gang yang ia
maksud. Mereka berhenti disana, Marsya masih ingat jalan menuju rumahnya. Rumah
nenek Marsya terletak cukup jauh dari jalan raya. Rumahnya sangat kecil, bahkan
lebih kecil dari rumah Dara. Dara melihat seorang perempuan tua yang sedang
menjemur pakaian di depan rumah. Marsya segera berlari pada perempuan itu.
Marsya : Neneeekkk . . . . .
Marsya : Nenek, aku sangat
merindukanmu.
Nenek :
Apa yang kamu lakukan disini ?
Marsya : Nenek ..
Nenek :
Pulanglah. Ayahmu akan mencarimu.
Marsya : Nenek. Jangan bicara seperti
itu, aku sangat merindukanmu.
Nenek :
Siapa dia ?
Marsya : Oiya, dia Dara. Bibi yang
mengasuhku.
Nenek :
Aku sibuk. Kamu pulanglah. Aku tidak ingin ayahmu mencarimu.
Marsya : Nenek . . . . Aku ingin
berada disini
Nenek :
Nenek bilang pulang. Nona Dara, tolong bawa anak ini pergi. Aku sedang sibuk.
Marsya : Tapi nenek . . .
Dara :
Nenek. Maaf, saya rasa anda terlalu kasar pada anak kecil. Dia selalu
merindukan anda, tidak bisakah anda meluangkan sedikit waktu pada cucu anda.
Nenek :
Siapa kau berani berkata seperti itu. Sekarang kalian cepat pergi dari sini !
Marsya : Nenek jangan memarahi Dara,
dia sudah baik padaku.
Nenek :
Kalau begitu kalian berdua cepat pergi !
Dara :
Ayo Marsya kita pulang. Nenek mu sedang sibuk hari ini, lain kali kita bisa
kesini lagi.
Dara dan Marsya pergi meninggalkan
rumah nenek, nenek melihat mereka yang pergi dengan raut muka menyesal. Ia
bukan tidak merindukan Marsya, ia hanya tidak ingin jika ia bersikap baik, itu
akan membuat Marsya ingin kembali kerumahnya. Nenek benar-benar ingin Marsya
mendapatkan kehidupan yang layak dengan Miko, tidak seperti dirinya ataupun
anaknya.
Ibu Miko melihat Dara dan Marsya yang
keluar dari rumah nenek. Dan ia membenarkan bahwa gadis yang dulu muncul adalah
ibu dari Marsya. Tapi siapa Dara ? Bagaimana ia bisa keluar dari rumah gadis itu.
Ismi mengatakan bahwa Ismi dan Miko tidak tahu dari mana Marsya berasal, tapi
Dara tahu. Lalu kemana gadis itu ? Gadis
itu bukan Dara, meskipun baru bertemu sekali, tapi ia masih ingat wajah gadis
itu. Apa mungkin Dara dan gadis itu bekerja sama dari awal dan sengaja
membohongi semua orang ?
Ibupun menelpon Dara
Ibu :
Kau dimana ?
Dara :
Saya, saya sedang kepasar dengan Marsya. Ada apa nyonya ?
Kebohongan Dara yang mengaku berada
dipasar padahal jelas-jelas ia berada ditempat lain, membuat Ibu bertambah
kesal dan curiga pada Dara.
Ibu :
Datang kerumahku sekarang bersama Marsya.
Dara :
Maaf nyonya, ada apa ? Saya rasa saya tidak ada urusan dengan anda.
Ibu :
Jangan mencoba membohongiku lagi. Datang kerumahku sekarang jika kau tidak
ingin berada dalam masalah besar. Aku akan mengirimkan alamatnya.
Dara bingung ada apa ia dipanggil
oleh ibu Miko. Kemarin ketika menelpon, Miko tidak mengatakan apa-apa, karena
itu ia yakin semuanya akan baik-baik saja. Tapi sekarang, ibu Miko menelpon dan
menyuruhnya untuk datang. Dara menelpon Miko, namun berkali-kali tidak
diangkat. Pasti terjadi sesuatu, tapi apa ?
Miko datang kerumahnya, ia membawa
hasil tes DNA antara dirinya dan Marsya. Ia sekarang berada diruang keluarga
bersama ibu dan ayahnya. Miko menyimpan hasil tes tersebut di atas meja. Ayah
membukanya, dan sangat kaget melihat isi dari kertas tersebut.
Ayah :
Apa ini ?!
Miko :
Itu adalah hasil tes DNA dengan anakku.
Ayah :
Belum cukup kau membantahku, sekarang kau mencoreng nama baikku. Sebenarnya apa
maumu ?!
Ibu :
Ayah, pelankan suaramu.
Ayah :
Aku tidak pernah menyangka akan mempunyai anak seperti dirimu. Kau, bahkan
sedikitpun tidak mewarisi kemiripan denganku.
Ibu :
Ayah, jangan bicara omong kosong lagi. Dia sudah cukup berusaha merawat anak
itu.
Ayah :
Merawat anak ? pria sepertimu bisa merawat anak ?
Miko :
Aku mungkin tidak pantas menjadi seorang ayah, tapi kali ini. Aku benar-benar
mohon pada ayah, ijinkan aku merawat anak ini. Aku akan membesarkannya dengan
baik, menyekolahkan dan membuat ia menjadi anak yang berguna.
Ayah :
Menjadi anak berguna ? Anak yang sama sekali tidak tahu diri, ingin mendidik seorang
anak menjadi anak yang berguna. Omong kosong apa itu ? Bercerminlah ! Kau fikir
seperti apa dirimu.
Ibu :
Ayah . . .
Ayah :
Pergi dari sini. Jangan berani menginjakan kaki lagi dirumah ini.
Ibu :
Ayah,hentikan. Dia sudah melakukan yang terbaik. Setidaknya dia masih mempunyai
perasaan dengan tidak membuang anak seperti orang lain.
Ayah :
Ibu,jangan membelanya di depanku. Cepat suruh anak ini pergi. Aku tidak ingin
melihat wajah kotornya !
Miko pergi meninggalkan rumah, dan ketika
mobil Miko keluar dari pagar rumah, Dara dan Marsya sampai di rumah Ibu Miko,
tapi Miko tidak melihat kedatangan mereka berdua. Dara tidak percaya melihat rumah
yang sangat besar dengan halaman yang luas. Lebih besar dan lebih luas daripada
rumah Miko. Dara mengecek kembali alamat yang dikirim Ibu Miko untuk memastikan
bahwa ia tidak salah alamat. Alamatnya memang tepat, sudah sesuai dengan yang
di SMSkan.
Seorang security menghampirinya dan
bertanya keperluan Dara. Setelah Dara mengatakan bahwa ia mempunyai janji
dengan Ibu Miko, Dara diijinkan masuk. Dara diantar oleh security itu ke ruang
tamu. Tidak berapa lama, ibu datang dari dalam.
Ibu :
Apa kau ibu dari anak ini ?
Dara :
Bukan Nyonya, saya tidak tahu ibu dari anak ini.
Ibu :
Lalu siapa kau dan apa sebenarnya rencanamu ?
Dara :
Maksud Nyonya ?
Ibu :
Dengar, mungkin kau bisa membodohi anakku. Tapi tidak dengan aku. Apapun yang
kau rencanakan dan lakukan, pada akhirnya kau tidak akan mendapatkan apa-apa.
Dara :
Saya masih belum paham apa yang nyonya katakan.
Ibu :
Kau ini benar-benar. Mulai sekarang, anak ini menjadi tanggung jawabku. Kau
bisa pergi dan jangan pernah kembali.
Dara :
Nyonya, saya tidak mengerti dengan apa yang anda katakan. Dan saya tidak bisa
meninggalkan Marsya disini, dia tanggung jawab saya dan saya akan melepaskannya
jika Miko yang menyuruh.
Ibu :
Kau fikir kau siapa berani berkata seperti itu ! Miko anakku, dan anak ini
cucuku. Lancang sekali kau !
Dara :
Maaf Nyonya, bukan saya lancang. Saya hanya menjaga amanat dari anak anda.
Ibu :
Amanat ? Amanat apa ? Memelihara kebohongan selamanya ?! Kau benar-benar rubah
betina,licik pintar berkelit dan mencari alasan.
Dara :
Nyonya, anda benar-benar keterlaluan.
Ibu :
Siapa yang keterlaluan, penipu sepertimu ? Atau aku yang ingin merawat cucuku
?!
Dara :
Saya bukan penipu.
Ibu :
Lalu apa ? wanita yang mengalami kegagalan hidup, karir dan rumah tangga.
Ditambah keluar masuk kantor polisi. Latar belakangmu sudah cukup untuk menjadi
alasan kenapa kau menjadi seorang penipu.
Dara :
Nyonya, masalah pribadi saya sama sekali tidak ada hubungannya dengan saya
mengurus Marsya. Saya mempunyai alasan untuk semua masa lalu saya.
Ibu :
Tentu saja, tidak ada satu hal pun yang tanpa alasan. Lalu alasan apa yang
ingin kau sampaikan, kau bercerai karena suamimu berselingkuh, lalu dipecat
karena ketidak adilan ditempat kerjamu. Dan keluar masuk kantor polisi karena
salah paham. Kau ingin mengatakan bahwa itu adalah alasanmu ?
Dara :
Nyonya . . . .
Ibu :
Sekarang pergi dari sini, sebelum aku memanggil polisi untuk kembali
menangkapmu.
Dara :
Silahkan tangkap saya, saya tidak bersalah.
Ibu :
Benarkah ? Lalu setelah kau ditangkap, kau akan menelpon anakku, meminta
bantuannya dan membuat media datang meliput kejadian ini !
Dara :
Nyonya . . . Saya benar-benar tidak menyangka anda akan seperti ini.
Ibu :
Aku juga tidak menyangka anakku akan masuk dalam jebakan rubah betina
sepertimu. Sekarang, sebelum semuanya menjadi lebih rumit. Lebih baik kau
pergi. Tinggalkan apartemen hari ini juga. Jangan pernah menghubungi anakku.
Jika kau masih berani, akan aku pastikan kau dan bahkan ibumu, tidak akan
pernah merasakan hidup dengan tenang.
Dara tidak bisa lagi menahan
airmatanya yang sudah membendung. Ia tidak menyangka akan mendapatkan
penghinaan seperti ini. Dara yang hanya berniat membayar utang harus berakhir
dengan sakit hati mendalam. Ia pamit pada Marsya yang juga menangis karena tidak
ingin ditinggalkan Dara. Sebelum pergi, Dara berpamitan terlebih dulu pada
Marsya.
Dara :
Sayang, dengar. ibu itu adalah nenekmu. Dia akan merawat dan menyayangimu
dengan baik. Mulai sekarang, kau bukan hanya mempunyai satu ayah dan satu
nenek, tapi juga punya nenek lain. Itu akan membuatmu tidak merasa kesepian
lagi. Dan ayahmu, kau bisa tinggal disini dengan ayahmu, bukankah itu
menyenangkan ?
Tapi Marsya tetap menangis meskipun
Dara berusaha membujuknya. Hingga akhirnya Ibu menyuruh Dara cepat pergi dan
memaksa Marsya untuk masuk ke dalam rumah.
Dara keluar dari rumah dengan airmata
yang masih mengalir. Bukan hanya sakit hati masalalunya yang kembali terkuak, tapi
juga sakit hati mendapat tuduhan begitu kejam dan yang paling sakit, ia harus
berpisah dengan Marsya. Anak yang sudah mulai ia sayangi, anak yang selalu ia
khawatirkan akan terluka. Dan kali ini Dara juga khawatir, bagaimana jika
Marsya tidak bisa bertahan di rumah ini, bagaimana jika Marsya tidak mau makan,
atau lebih parah lagi, bagaimana kalau Marsya nakal seperti ketika pertama kali
bertemu dengannya.
Ketika Dara keluar dari pagar rumah
Miko, Arin datang mengendarai mobil. Ia masih mengingat wajah Dara. Arin
penasaran apa yang Dara lakukan dirumahnya ? ditambah lagi Dara keluar sambil
menangis ? Ada apa sebenarnya ? Apa Dara kekasih Miko ? Atau bahkan punya
hubungan rumit dengan Miko ?
Ketika Arin masuk kedalam rumah, ia
mendengar tangisan seorang anak. Arin mencari arah tangisan itu berasal, ia
kembali kaget melihat yang menangis adalah seorang anak kecil, ia duduk sendiri
diruang keluarga. Anak yang memanggil Dara ketika di apartemen, tapi siapa anak
ini ? Apa dia anak Miko, lalu apa mungkin Dara adalah ibunya ?
Arin :
Kamu siapa ?
Marsya : Tante, tolong saya. Saya
ingin pulang.
Arin :
Tante tanya, kamu siapa dan kenapa ada disini?
Marsya : Saya Marsya. Dara
meninggalkan aku disini karena nyonya itu.
Arin :
Nyonya ?
Ibu datang dari dapur membawa segelas
air.
Ibu :
Ini, minum ini. Sudah jangan menangis lagi. Kamu akan aman dengan nenek disini.
Arin :
Nenek ? Apa maksudnya ini bu ?
Ibu :
Dia anak abangmu, Miko.
Arin :
Apa ? Anak Bang Miko ? Lalu perempuan itu ?
Ibu :
Dia penipu.
Arin :
Maksud ibu ? Jika anak ini benar anak abang, lalu apa yang dia tipu.
Ibu :
Ibu akan menjelaskannya nanti setelah Marsya berhenti menangis. Lalu kenapa
sudah pulang, ini masih jam 11 siang.
Arin :
Aku tidak pulang, hanya mengambil beberapa file yang tertinggal. Tapi bu,
ceritakan saja sekarang. Ada apa sebenarnya.
Ibu :
Ibu harus mengurus anak ini dulu. Sudah ibu bilang akan menceritakannya padamu
nanti.
Arin :
Lalu ayah, apa dia sudah tahu ?
Ibu :
Sudah.
Arin masuk kekamarnya, lalu tak
berapa lama kembali pergi lagi. Ia masih penasaran dengan anak itu, Arin
menelpon Miko untuk memastikannya. Tapi tidak diangkat. Ia ingat Rifky, Rifky
mengenal Dara, dan ia pasti tahu nomor telpon Dara.
Rifky :
Ada apa ?
Arin :
Apa kamu tahu nomor telpon Dara ?
Rifky :
Ada apa kamu tiba-tiba bertanya hal itu ?
Arin :
Aku akan menjelaskannya nanti, tapi sekarang sangat darurat. Aku mohon berikan
aku nomor telponnya.
Rifky :
Tapi apa kamu berjanji tidak akan melakukan hal buruk padanya.
Arin :
Yah, aku janji. Kamu bisa pegang perkataanku.
Rifky :
Baiklah, akan aku kirimkan nomor nya.
Tak berapa lama, Rifky mengirimkan
nomor Dara, Arin langsung menelponnya.
Arin :
Saya Arin, adik Miko. Kita pernah bertemu beberapa hari yang lalu di apartemen.
Apa kita bisa bertemu ?
Dara :
Arin ? Maaf hari ini saya tidak bisa. Mungkin lain kali.
Arin :
Saya mohon, ini penting.
Dara :
Maaf.
Arin :
Saya minta maaf atas perlakuan tidak menyenangkan dari ibu saya. Percayalah,
saya tidak akan menyakitimu. Jadi bisakah kita bertemu ?
Dara :
Baiklah. Dimana ?
Arin :
Di Klinik. Klinik tempat kamu bekerja dulu.
Dara :
Dari mana anda tahu saya pernah bekerja disana.
Arin :
Kamu cukup datang saja, dan akan tahu jika sudah sampai disana.
Satu jam kemudian, Dara sudah sampai
di klinik. Sebenarnya Dara sudah tidak ingin lagi datang dan mengingat
kenangannya ketika masih bekerja diklinik ini. Dara bersikap seolah ia seorang
pengunjung biasa, namun gagal, karena ketika sampai di recepsionist. Ia melihat
Irgi,
Irgi :
Wow, lihat siapa yang datang. Dara ? Apa kabarmu ?
Dara :
Baik pak.
Irgi :
Jika baik, lalu ada keperluan apa datang kesini ? Yang datang kesini biasanya
sedang dalam keadaan kurang baik?
Dara :
Saya rasa itu bukan urusan bapak.
Irgi :
Kenapa kamu sangat sensitive ? AH, apa mungkin itu karena perceraianmu ?
Dara :
Maaf pak, bukankah sudah saya katakan ini bukan urusan bapak.
Irgi :
Kamu salah. Saya pimpinan disini, tentu saja jadi urusan saya jika ada orang
yang datang tapi bukan untuk berobat.
Dara kesal dengan perkataan Irgi, saat
itu, ingin sekali ia menampar mulut Irgi yang tidak punya sopan santun. Tapi beruntung
saat itu Arin datang.
Arin :
Dara, kamu sudah datang. Maaf pak Irgi. Ini tamu saya, dan saya rasa ini memang
bukan urusan anda.
Irgi :
Maafkan saya bu, saya hanya merasa bertanggung jawab disini.
Arin :
Baiklah, sekarang lepaskan tanggung jawab anda pada perempuan ini. Karena dia
kesini untuk undangan saya. Mengerti ! Ayo Dara, ikut saya.
Irgi melihat Dara yang pergi
mengikuti Arin. Irgi merasa aneh kenapa Arin bisa mengenal Dara. Dan ada urusan
apa diantara mereka ? Karena Dara juga, Arin bersikap sedikit sinis kepadanya.
Sementara Dara juga penasaran, kenapa
Irgi bisa begitu hormat pada Arin, padahal Arin hanya seorang Dokter yang
praktik disana. Dara mengikuti dibelakang Arin, ia melihat dokter lain
tersenyum dan karyawan hormat padanya.Hingga mereka sampai diruangan Arin,
ruangan yang cukup besar, tidak seperti ruangan dokter yang lain. Dara tidak pernah
masuk keruangan ini, dan setahunya ruangan ini adalah ruangan pemilik Klinik.
Apa mungkin Arin adalah pemilik klinik ini?
Dara :
Ada apa anda memanggil saya ?
Arin :
Hanya ingin bertemu. Mau minum apa ?
Dara :
Apa saja. Tapi maaf saya tidak bisa berlama-lama disini.
Arin :
Baiklah, saya akan langsung saja. Saya penasaran dengan hubungan Anda, anak itu
dan Miko. Saya lihat tadi anda menangis saat keluar dari rumah saya. Pasti
terjadi sesuatu yang tidak beres.
Dara :
Saya rasa itu tidak ada hubungannya dengan anda.
Arin :
Selalu ada hubungannya dengan saya jika itu tentang keluarga saya. Bukankah
anda bilang anda tidak punya waktu banyak, jadi segera ceritakan. Saya merasa
tuduhan ibu saya pada Anda itu tidak berdasar.
Dara :
Saya tidak tahu harus menjelaskannya dari mana.
Arin :
Baiklah, kalau begitu, cukup jawab pertanyaan saya. Apa Marsya benar-benar anak
Miko ?
Dara :
Saya rasa begitu.
Arin :
Kenapa anda tidak yakin ?
Dara :
Saya hanya pengasuh yang merawat Marsya, jadi saya tidak tahu bukti hubungan
Dara dan Marsya.
Arin :
Lalu bagaimana anda bisa jadi perempuan yang merawat Marsya ?
Dara :
Saya mempunyai hutang pada Miko.
Arin :
Hutang ? Jadi sebelumnya anda pernah bertemu dengan Miko ?
Dara :
Ya, tidak sengaja. Tapi sekarang semuanya sudah selesai. Hari ini saya
berhenti. Jadi ini tidak ada hubungan lagi dengan saya.
Arin :
Benarkah ? Apa mungkin ini ulah ibuku ?
Dara :
Ibu anda atau Miko, itu sama saja.
Arin :
Sepertinya sudah terjadi salah paham antara anda dengan ibuku. Tidak mungkin kamu
dipecat hanya dalam sehari.
Dara :
Itu bukan urusan saya. Anda bisa tanyakan langsung pada ibu anda. Jika
pertanyaan anda sudah selesai, saya pamit.
Arin :
Terimakasih untuk waktunya. Oiya, saya dengar anda dulu pernah bekerja disini ?
Dara :
Benar,
Arin :
Jika anda mau, saya akan mempekerjakan anda kembali kesini.
Dara :
Terimakasih atas tawaran anda. Tapi maaf, saya tidak bisa menerima tawaran
anda.
Arin :
Kenapa ?
Dara : Saya mempunyai alasan pribadi untuk itu.
Arin :
Alasan pribadi ?
Dara :
Jika pertanyaan anda sudah selesai, Saya pamit. Permisi
Dara berdiri dari kursi lalu pergi
dari ruangan. Tapi semenit kemudian, ia kembali lagi.
Arin :
Ada apa ?
Dara :
Maaf, tadi pagi saya baru saja mendatangi rumah nenek Marsya, saya fikir Miko
dan keluarga anda belum tahu alamatnya. Saya akan menuliskan alamatnya.
Dara pergi dari ruangan Arin. Diluar,
ia bertemu beberapa temannya yang masih bekerja di klinik. Mereka menyapa Dara
dengan ramah. Dara tahu mereka berpura-pura ramah karena melihat Dara yang
keluar dari ruangan Arin. Dara hanya membalas sapaan mereka dengan senyuman, ia
tidak ingin lebih lama berada disini karena itu hanya akan membuatnya kembali
kesal pada semua sikap mereka.
Arin menghubungi Miko, tapi masih
tidak diangkat. Ia pun mengirim pesan pada Miko.
Sedangkan Miko sendiri, ia sedang
berada di dalam mobil. Ia menundukkan kepalanya pada stir mobil. Ponselnya beberapa
kali berdering, tapi tidak ia hiraukan. Ia masih memikirkan kata-kata ayahnya.
Itu memang benar, ia hanya seorang anak yang tidak berguna bagi orang tuanya,
jadi bagaimana bisa ia mengurus Marsya. Tapi jika bukan ia yang mengurusnya,
siapa lagi ? Miko juga masih tidak bisa menemukan neneknya, lalu bagaimana ?
Ia melihat jam tangannya, sekarang
sudah jam 7 malam. Miko melihat ponselnya, 3 panggilan dari Arin dan 1
panggilan dari Ismi. Tidak ada panggilan dari Dara. Mungkin semuanya baik-baik
saja jika Dara tidak menelponnya. Lalu ia melihat 1 pesan dari Arin.
“Abang dimana ? Marsya sekarang
berada dirumah dengan ibu, sebaiknya pulang sekarang dan cepat selesaikan
masalahnya?”
Miko kaget, ada apa sebenarnya ?
Kenapa Arin mengirimkan pesan itu ? Miko menelpon Dara, tapi nomornya tidak
aktif. Ada apa dengan Marsya dan Dara ? Kenapa Marsya ada dirumahnya ? Miko
pergi ke apartemen untuk memastikannya.
Miko sampai di apartemen, ia
memanggil Dara, tapi tidak ada siapa-siapa disana. Setiap ruangan sangat rapi.
Tidak ada sisa makanan ataupun piring kotor di dapur, semua peralatan masak tersimpan
rapi di dalam lemari. Begitu pula dengan kamar mandi, semua rapi, tidak ada
handuk dan sikat gigi Dara. Miko pergi ke kamar, hanya ada baju Marsya yang
sudah dikemas rapi kedalam koper Marsya. Diatas meja, ia melihat kartu kredit
yang dulu ia berikan pada Dara. Disana juga ada rincian pemakaian uang pada
kartu kredit. Dara benar-benar hanya memakai uang untuk keperluan Marsya, ia
bahkan jujur disaat Miko tidak memperhatikan bagaimana Dara menggunakan
uangnya. Miko mencoba menghubungi Dara lagi, tapi masih tidak aktif.
Part 20
Part 20
Comments
Post a Comment