DARA,PLEASE BE MY MOM (PART 10)
Part 9
10.
BERI SEDIKIT WAKTU
Hari ini hari ulang tahun Arin yang
ke 24, saudara perempuan Miko satu-satunya. Arin mengundang Miko untuk datang
kerumah merayakan ulang tahunnya. Miko yang tidak bisa menolak permintaan Arin,
terpaksa datang ke rumahnya untuk makan malam. Suasana makan malam sedikit
canggung karena ini pertama kalinya Miko dan ayahnya makan dalam satu meja
setelah pertengkaran besar mereka.
Arin :
Ayah, aku ingin minta hadiah pada ayah untuk ulang tahunku.
Arin :
Ayah, bisakah ayah memberikan klinik itu untuk Arin ketika Arin sudah
menyelesaikan kuliah Arin?
Semua yang sedang makan malam terdiam
mendengar perkataan Arin.
Ayah :
Apa maksudmu ?
Arin :
Ayah, sejujurnya aku lelah melihat ayah yang terus memaksa Abang untuk mengurus
klinik. aku kecewa pada ayah yang selalu melihat Bang Miko tanpa pernah
sekalipun melihatku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk bersekolah di kedokteran
meskipun kemampuanku sangat pas-pasan. Itu semua agar ayah bisa mengandalkan
aku, aku bisa yah mengurus klinik !
Ayah :
Hentikan omong kosongmu ! Bagaimana mungkin kamu ingin mengurus klinik jika
hanya untuk sekolah saja kamu hanya mendapat nilai pas-pasan.
Ayah pergi meninggalkan semuanya yang
sedang makan. Ibu mencoba memanggil ayah, tapi ia terlanjur pergi masuk kamar.
Arin menunduk mendengar perkataan ayahnya. Tak lama ia pun berdiri dan
meninggalkan meja makan, hingga yang tersisa hanya Miko dan ibu.
Miko :
Bu, Miko minta maaf. Tapi Miko benar-benar tidak bisa menuruti keinginan ayah.
Miko pamit pada ibu lalu mengejar
Arin kekamarnya. Ia membuka pintu, Arin terlihat bersedih mendengar ucapan
ayahnya. miko menghampiri Arin dan merangkulnya.
Miko :
Seharusnya kamu tidak mengatakan hal itu pada ayah, apalagi ini hari ulang
tahunmu.
Arin :
Sudahlah, aku sedang tidak ingin dihibur Abang.
Miko :
Benarkah ? Lalu bagaimana dengan voucher liburan ini ?
Miko memperlihatkan dua buah voucher
berlibur pada Arin. Arin melihat voucher tersebut, dan raut wajahnya berubah
menjadi ceria begitu melihat isi dari voucher tersebut.
Arin :
Abang ! Serius ini buat Arin ???
Miko :
Tentu saja, memangnya untuk siapa lagi ! Hari ini yang berulang tahun Cuma kamu
!
Arin memeluk Miko dengan erat. Arin
memang sosok yang ceria, meskipun usianya sudah 24 tahun, tapi ia masih
bersikap seperti anak kecil apalagi jika di depan Miko. begitupun Miko yang
selalu memanjakan Arin. Dan perkataan Arin saat makan malam tadi membuat Miko
sangat kaget, ia tidak percaya adiknya yang begitu manja mempunyai keinginan
yang tidak terduga. Rela menjadi seorang dokter, untuk memuaskan ayahnya dan
melindungi dirinya. Meskipun jawaban pahit harus ia terima dari ayah.
Arin :
Tapi ini 2 voucher, sedangkan aku tidak punya teman dekat karena terlalu sibuk
belajar. Lalu dengan siapa aku berangkat ?
Miko :
Mungkin dengan mama ?
Arin :
Ngga, kalo kesana bareng mama ga seru. Mama pasti bikin seribu peraturan. Ga
boleh kesini, beli ini beli itu, wah pokonya banyak deh.
Miko :
Yaudah, voucher nya satu aja kalo gitu.
Arin :
Eh, jangan-jangan. Ini biar aku kasih ke seseorang aja. Dan dia pasti bakalan
mau nemenin Arin.
Miko :
Siapa ? Laki-laki !!
Arin :
Bener banget !
Miko :
Ga boleh, enak aja !
Arin :
Kenapa ngga, laki-lakinya kakak tahu ko
Miko :
Siapa ?
Arin mengambil cermin di mejanya lalu
dihadapkan ke arah Miko.
Arin :
laki-laki itu yang ada dicermin. Dan karena ini hari ulang tahunku, maka
permintaan Arin tidak bisa ditolak.
Miko :
Tapi kakak lagi syuting sayang !
Arin mengembalikan vouchernya lagi
pada Miko.
Arin :
Yaasudah, bawa pulang lagi hadiahnya, percuma Arin ga akan pergi !
Miko kembali memeluk Arin dan
tersenyum tanda ia menyetujui permintaan Arin. Arin balik memeluk Miko.
Keakraban dan keceriaan mereka dilihat oleh ibu yang berada di pintu kamar
Arin. Ibu tersenyum melihat anak-anaknya yang tetap akur meskipun mempunyai
ayah yang ambisius dan selalu membanding-bandingkan mereka.
Sudah 5 hari Miko tidak menghubungi
Dara. Dara teringat obrolan terakhirnya dengan Miko yang membahas tentang ibu
Marsya yang sudah meninggal. Dara berfikir mungkinkah Miko terpukul dengan
kenyataan yang ia terima. Ia tidak bisa lagi menghindar untuk merawat Marsya
karena hanya ia satu-satunya tumpuan Marsya. Dara merasa sedikit iba dengan
Miko, ia yang sama sekali tidak menikah tiba-tiba mendapatkan seorang anak yang
tidak tahu darimana datangnya. Pasti semuanya tidak mudah untuk Miko. Ia
mengambil ponsel dan mencoba menelpon Miko. Tapi tidak ada jawaban. Entah
mengapa Dara merasa khawatir dengan Miko, ia khawatir Miko akan melakukan hal
bodoh. 3 panggilan Dara tidak juga terjawab, ia bingung apa yang harus ia
lakukan.
Dara dan Marsya menonton tv,
tiba-tiba ia melihat infotaiment memberitakan liburan Miko dan adiknya Arin di
Eropa. Arin mengupload foto-foto liburan mereka kea kun pribadi Arin, dan itu
membuat media tahu tentang liburan mereka. Dara menyesal mengkhawatirkan Miko,
karena orang yang di khawatirkan ternyata sedang bersenang-senang diluar sana.
Hal itu juga membuatnya kesal, ia memutuskan untuk mengajak Arin keluar dan
mengunjungi Ibu Dara.
Miko melihat 3 panggilan tidak
terjawab dari Dara, Miko balik menelpon Dara namun tidak diangkat, ia menelpon
berkali-kali tidak juga di angkat Dara. Miko khawatir terjadi sesuatu dengan
Marsya, karena Dara tidak mungkin menelponnya sampai berkali-kali jika tidak
ada hal penting. Karena tidak ada jawaban, ia pergi ke apartemen. Miko memencet
bel, tidak ada jawaban. Ia mencoba membuka pintu dengan kuncinya, dan pintu
terbuka. Ia semakin khawatir karena apartemen tidak dalam keadaan rapi
sementara Dara dan Marsya tidak ada ditempat.
Sementara Dara, ia sedang membuat kue
bersama Marsya di rumah. Kemarahan Dara pada Miko disalurkannya dengan membuat
kue. Marsya juga tidak kalah semangat, ini adalah pertama kalinya ia belajar
membuat kue. Seluruh badan dan tangannya penuh dengan terigu yang bercipratan.
Mereka menertawakan badan masing-masing karena semuanya putih oleh terigu.
Dan saat ibu pulang, ia marah melihat
dapurnya sudah berantakan. Untung saja Dara sudah memberitahu Marsya jika
mereka harus bersiap pasang telinga karena ibunya pasti akan marah melihat
mereka berdua, hingga ketika ibu pulang dan memarahi mereka, Dara dan Marsya
terlihat seperti anak kecil yang berusaha menahan tawa ketika dimarahi. Tapi
semarah-marahnya ibu, ia tetap saja tidak benar-benar marah apalagi ketika ia
melihat meja makan sudah penuh dengan makanan. Dara dan Marsya pergi mandi,
lalu mereka makan bersama dengan ibu. Kemarahan Dara pada Miko menghilang
setelah ia puas membuat kue dengan Marsya. Hingga tidak terasa jam sudah
menunjukan pukul 7 malam. Dara teringat ponselnya yang ia simpan didalam tas.
Dan benar saja, ia melihat panggilan tidak terjawab dari Miko. Dara ingin
menghubungi Miko, tapi ia membatalkannya, ia tidak peduli lagi dengan Miko,
lagipula Miko juga tidak pernah memperdulikan Marsya. Ia pun mengajak pulang
Marsya karena takut kemalaman.
Ketika Dara sudah sampai, ia kaget
melihat Miko sudah berada di apartemen. Melihat Dara dan Marsya yang pulang
dengan tenang membuat Miko marah karena dari tadi ia menunggu mereka. Dara
menyuruh Marsya masuk kamar karena tidak ingin Marsya mendengar pertengkarannya
dengan Miko.
Miko :
Darimana saja kalian ?
Dara :
Apa urusanmu !
Miko :
Hey, kamu benar-benar ! Apa kamu tahu berapa lama aku menunggu disini ?!
Dara :
Berapa lama ? tidak akan sampai 6 jam. Kamu baru menunggu beberapa jam sudah
semarah ini, tidak kah kamu berfikir berapa lama aku menunggu kabar darimu,
berharap kamu menyempatkan waktu untuk menanyakan Marsya.
Miko :
Tidak perlu mengalihkan pembicaraan, darimana saja kalian ?
Dara :
Aku tidak perlu menjawab pertanyaan itu, bukankah bagimu sudah cukup jika
Marsya baik-baik saja. Dan lihat, Marsya masih dalam keadaan utuh, tidak kurang
suatu apapun. Jadi untuk apa masih bertanya !
Miko :
Kau !!!!
Dara :
Apa ? Ingin menyebutku apa? Pengasuh yang tidak tahu diri ?
Miko :
Jika tidak terjadi sesuatu dengan Marsya, untuk apa menelponku berkali-kali.
Dara :
Karena aku khawatir terjadi sesuatu denganmu ! Tapi aku salah, orang yang aku
fikir sibuk dan orang yang aku khawatirkan ternyata sedang bersenang-senang
dengan adik tercintanya.
Miko :
Yaahh !!!! Memang nya aku harus melapor segala urusanku padamu ! itu urusanku
untuk bagaimana aku menghabiskan waktuku !
Dara :
Tentusaja itu memang urusanmu, tapi jadi urusanku jika kamu berkata sibuk untuk
menengok Marsya selama 5 menit, sementara bisa menghabiskan waktu liburan
berhari-hari diluar negeri.
Miko diam mendengar perkataan Marsya.
Ia sadar ia memang selalu tidak punya waktu untuk anaknya, tapi untuk Arin ia
rela cuti dari pekerjaannya selama berhari-hari. Miko merasa bersalah, tapi ia
juga malu hingga tidak bisa meminta maaf pada Marsya dan Dara. Miko pergi
meninggalkan Dara dalam kemarahannya.
Dan kali ini, Miko menyesali
perbuatannya, ia tidak seharusnya bersikap seperti itu pada Marsya. Marsya itu
anaknya dan ibunya sudah meninggal. Miko seharusnya menjadi satu-satunya
tumpuan Marsya. Meskipun ia tidak bisa sepenuhnya menjadi ayah yang sempurna,
tapi setidaknya ia bisa meluangkan waktunya sedikit untuk Marsya. Untuk menebus
kesalahannya, Miko mengirim pesan pada Dara.
“Minggu
depan setelah makan siang, datanglah ke arena bermain di Ancol. Aku akan
bertemu disana dan menghabiskan waktu bersama Marsya. Jadi jangan terlambat !”
Part 11
Part 11
Comments
Post a Comment