DARA,PLEASE BE MY MOM (PART 11)
Part 10
Miko kembali setelah wisuda kuliahnya. Namun tak lama setelah Miko lulus, ia bertengkar hebat dengan ayahnya yang memarahi Miko karena Miko tidak tertarik menjadi dokter meskipun ia dikuliahkan untuk menjadi dokter. Ayahnya tahu Miko mengikuti klub teater di kampus hingga mengganggu kuliahnya. Meskipun IPK Miko tidak rendah, tapi keinginan Miko yang memilih untuk menjadi seorang seniman membuatnya enggan untuk bekerja di klinik ayahnya. Karena pertengkaran itu, Miko harus keluar dari rumah. Saat itu Miko tidak tahu harus pergi kemana, untung saja ada Ismi dan Miko bisa menginap beberapa hari sampai akhirnya Miko diberi sebuah apartemen oleh ibu tanpa sepengetahuan ayahnya. Meskipun Miko menolak, namun ibu memaksa Miko karena ia juga tidak ingin Miko terus tinggal bersama Ismi.
11. KECEWA,LAGI !
Ismi melamun sendiri di kamarnya.
Seisi kamarnya terpampang banyak foto Miko. Bukan hanya foto Miko ketika ia
menjadi seorang artis, tapi juga beberapa foto Miko sejak mereka SMA. Mereka
memang bersahabat sejak SMA, dan ketika itu Ismi hanya menganggap Miko sebagai
sahabatnya. Meskipun ia hampir tahu semua keburukan Miko, tapi ia tetap berada
di sisi Miko menjadi sahabatnya. Dan itu juga yang membuat Miko merasa nyaman
tanpa merasa canggung di depan Ismi. Namun ketika lulus SMA, Miko pergi kuliah
keluar, saat itu Ismi mulai merasa kesepian tanpa Miko. Hari-hari dimana mereka
selalu berdua dan ketika Miko pergi, Ismi harus membiasakan diri tidak bersama
Miko. Kesepian itu membuat Ismi merindukan Miko hingga Ismi sadar bahwa ada
sesuatu yang hilang dari dirinya.
Miko kembali setelah wisuda kuliahnya. Namun tak lama setelah Miko lulus, ia bertengkar hebat dengan ayahnya yang memarahi Miko karena Miko tidak tertarik menjadi dokter meskipun ia dikuliahkan untuk menjadi dokter. Ayahnya tahu Miko mengikuti klub teater di kampus hingga mengganggu kuliahnya. Meskipun IPK Miko tidak rendah, tapi keinginan Miko yang memilih untuk menjadi seorang seniman membuatnya enggan untuk bekerja di klinik ayahnya. Karena pertengkaran itu, Miko harus keluar dari rumah. Saat itu Miko tidak tahu harus pergi kemana, untung saja ada Ismi dan Miko bisa menginap beberapa hari sampai akhirnya Miko diberi sebuah apartemen oleh ibu tanpa sepengetahuan ayahnya. Meskipun Miko menolak, namun ibu memaksa Miko karena ia juga tidak ingin Miko terus tinggal bersama Ismi.
Saat itu persahabatan Ismi dan Miko
kembali seperti 5 tahun yang lalu. Miko ingin sudah jatuh cinta pada dunia
seni, dan ia ingin terus melanjutkan karirnya. Ismi yang saat itu sudah menjadi
seorang sarjana hukum memilih untuk menjadi manager Miko agar selalu ada untuk
Miko. Dan berkat koneksi Ismi, Miko dengan mudah mendapat banyak kenalan
seniman lain hingga kemampuannya cepat diketahui sutradara. Miko hanya tinggal
beberapa bulan di apartemen, karena ketika ia sudah menandatangani kontrak
untuk sebuah film, Miko mulai mencicil sebuah rumah.
Ismi, bukannya tidak ingin
mengungkapkan perasaannya, tapi ia tidak siap untuk dipermainkan Miko
sebagaimana Miko mempermainkan wanita lain. Ismi juga tahu Miko selalu membawa
wanita yang berbeda ke rumah ataupun kehotel. Karena itu, Ismi hanya bisa tetap
berada di samping Miko agar ia tetap merasa nyaman dan tidak akan kehilangan
Miko.
Fakta bahwa Miko memiliki seorang
anak dari wanita lain membuat Ismi merasa sangat terpukul. Saat itu ia sangat
marah dengan Miko, tapi ia juga tidak bisa berbuat banyak selain tetap membuat
Miko aman. Ia juga yang menyarankan Miko menggunakan Dara untuk mengasuh
Marsya, disamping Dara yang terkena ancaman hingga ia tidak mungkin bisa
membocorkan rahasia, Dara juga berusia 30 tahun sehingga orang lain akan
menyangka Dara adalah anaknya.
Hari Minggu besok, Miko berencana
untuk bermain bersama Dara dan Marsya. Meskipun ingin, tapi Ismi tidak bisa melarang
Miko. Sebelumnya Ismi tidak begitu memperdulikan wanita yang datang silih
berganti di kehidupan Miko karena ia tahu mereka tidak akan sampai masuk
kedalam hati Miko. Tapi kali ini, pertama kalinya ia takut akan keberadaan
Dara, selain karena Miko selalu membahas tentang Dara, Miko juga selalu
memperlihatkan bagaimana ia penasaran dengan sikap Dara yang tidak mudah
ditebak. Ditambah ladi Miko tidak bisa membantah perkataan Dara meskipun
perkenalan mereka tidak lebih dari 1 bulan.
Dibalik itu semua, Ismi juga merasa
tenang karena Miko sekarang mulai bisa menerima Marsya, meskipun konsekuensi
besar harus Miko hadapi jika media tahu tentang Marsya. Ismi menelpon Miko dan
berkata Miko harus lebih berhati-hati jika bertemu di tempat umum dengan
Marsya, karena paparazzi bisa berada dimana saja.
Marsya dan Dara sudah bersiap untuk
pergi ke taman bermain, mereka sarapan terlebih dulu. Marsya terlihat bahagia
dan tidak percaya ia akan bermain dengan ayahnya. Ditambah lagi Marsya sekarang
memakai baju baru yang kemarin ia beli bersama Dara ketika berjalan-jalan.
Begitu pula Dara, kemarahan dan kekesalannya hari ini menghilang karena
akhirnya Miko bisa menyempatkan diri pergi dengan Marsya.
Waktu sudah menunjukan jam 11 siang,
Miko bersiap untuk pergi. Namun tiba-tiba ia mendapat telpon dari Ismi. Ismi
mengalami kecelakaan,mobilnya menabrak mobil lain dan ia sekarang berada di
rumah sakit. Miko sangat khawatir dengan Ismi, ia memutar balik mobil dan
melajukannya menuju rumah sakit dimana Ismi dirawat. Sesampainya di rumah
sakit, Ismi sedang berbaring dengan kepala, dan tangan di perban.
Miko menanyakan keadaan Ismi pada
dokter yang mengurusnya, meskipun keadaannya tidak serius, ia hanya mengalami
luka ringan di kepala dan tangan. Istirahat beberapa hari akan membuatnya
sembuh. Namun tetap saja Miko merasa khawatir dengan Ismi, apalagi dia sendiri
di Jakarta karena orang tuanya tinggal di luar kota. Ditambah lagi Ismi melarang Miko memberitahu keluarganya agar
mereka tidak khawatir.
Ismi merasa sangat bersyukur Miko
begitu memperhatikannya, Ia mengurus segala keperluan Ismi dirumah sakit. Tidak
sampai disitu, Miko juga mengurus mobil Ismi yang sekarang berada di kantor polisi
beserta ganti rugi pada pengemudi mobil yang di tabrak Ismi. Setelah itu ia
memanggil bengkel langganannya untuk memperbaiki mobil Ismi.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam,
Miko terbangun setelah ia tertidur di ruang rawat Ismi. Ia melihat ponselnya,
ada 5 panggilan tidak terjawab dari Dara. Miko ingat bahwa hari ini ia ada
janji dengan Marsya. Miko melihat Ismi yang tertidur. Miko meninggalkan Ismi
dan menelpon Dara namun tidak aktif. Miko pergi ke apartemen, dan mereka tidak
ada di apartemen. Hal itu membuat Miko khawatir, apa mungkin mereka masih
menunggu.
Miko berlari ke parkiran dan
mengemudikan mobilnya ke arah Ancol. Begitu sampai disana, ia mencari-cari Dara
dan Marsya namun tidak ia lihat. Miko menanyakan mereka pada orang-orang yang berjualan
disana, namun tidak ada yang memperhatikan hingga mereka tidak tahu. Seorang
petugas parkir menghampiri Miko dan saat Miko menanyakan mereka, petugas parkir
tahu. Dara dan Marsya sudah pulang sekitar setengah jam yang lalu, dari jam 12
siang mereka menunggu di depan pintu masuk Dufan. Mereka menunggu hingga
setengah jam yang lalu.
Petugas parkir tersebut sudah
menyarankan mereka untuk masuk ke arena terlebih dulu tapi mereka menolak dan
berkata sedang menunggu seseorang. Miko menyesal sama sekali tidak mengingat
tentang janjinya pada Dara. Ia terlalu sibuk dengan Ismi hingga dengan mudah
melupakan janjinya.
Miko merasa ia benar-benar sampah
karena dengan mudahnya melupakan anaknya hanya karena ada hal penting lain.
Sekarang ia bingung harus berkata apa karena Dara pasti tidak akan
mempercayainya. Terlebih lagi, pasti saat ini Marsya sudah kecewa padanya.
Dara tidak bisa tidur malam ini, ia
tidak percaya bagaimana mungkin Miko bisa begitu mudah mengerjainya. Ia masih
bisa memaafkan jika Miko hanya membohonginya, tapi ini adalah Marsya. Anak yang
selalu menunggu dan menantikan kehadirannya.
Seharusnya aku tidak pernah mempercayainya. Melihat sifat arogan, egois
dan sombongnya, seharusnya aku tahu dia seorang pembohong. Pembohong yang tidak
akan mungkin meluangkan waktunya untuk hal kecil. Pembohong yang merasa dia
hebat dan kesibukan hanya miliknya. Pembohong yang tidak pernah menghargai
betapa anaknya tertawa dan bahagia saat menunggunya. Perasaan iba yang aku
rasakan untuk pria itu, aku menyesalinya.
Part 12
Part 12
Comments
Post a Comment